Cikalpedia
Cerpen

Ayah, Jangan Pulang Lagi

Malam itu dingin, tapi bukan karena hujan. Dingin yang menusuk berasal dari ruang tamu rumah kecil mereka, tempat Dita berdiri di depan pintu sambil menunjuk ke luar.

“Keluar, Mas. Sekarang juga.”

Bayu mematung. Tangannya menggenggam tas ransel yang sudah dikemas terburu-buru. Matanya merah, bukan karena sedih—karena malu. Di balik tubuh Dita, tampak Alif, anak mereka yang baru berusia 11 tahun, berdiri diam di anak tangga. Wajahnya datar. Tak marah. Tak menangis. Tapi tajam.

“Aku sudah minta maaf, Dit… Cuma itu satu-satunya cara balikin uang yang kemarin—”

“Kamu udah bilang begitu sejak enam bulan lalu! Kamu pikir aku nggak tahu uang SPP Alif kamu pakai buat deposit chip?!” suara Dita pecah. Ia sudah tak peduli tetangga mendengar.

Bayu tak menjawab. Dada sesaknya lebih karena rasa kalah, bukan penyesalan.

Dita menoleh ke belakang. “Alif, bilang ke Ayah. Kamu masih mau tinggal seatap sama orang yang utang ke tetangga pakai nama kamu?”

Alif tak menjawab. Ia turun perlahan, lalu berdiri di samping ibunya. Ia menatap ayahnya lama, sebelum akhirnya berkata pelan tapi jelas:

“Ayah jangan pulang lagi.”

Kata-kata itu lebih tajam dari tamparan.

Bayu tercekat. Bibirnya bergetar. “Aku… Ayah cuma lagi salah jalan. Tapi Ayah masih sayang kalian…”

Alif menggeleng. “Sayang nggak pakai menyakiti.” Dita menutup pintu tanpa kata. Tak ada drama. Tak ada isakan. Hanya bunyi kunci yang berputar. Sederhana, tapi final.

Bayu duduk di teras rumah kontrakan kecil dua minggu kemudian. Di tangannya, ada HP tua yang sudah retak. Aplikasi judi masih terinstal. Tapi tidak lagi dibuka. Sudah dua minggu ini, ia tidur di lantai tanpa bantal, makan mi instan, dan berteman dengan penyesalan.

Baca Juga :  Prabowo Resmikan Sumur Bor di Kuningan, Warga Cirukem Akhiri Krisis Air Bersih

Suara anak-anak tertawa lewat dari gang kecil. Bayu menunduk. Ia ingat Alif.

Entah berapa lama waktu dibutuhkan untuk menebus semua yang hancur.

Entah bisa atau tidak.

Tapi malam itu, untuk pertama kalinya, Bayu menekan tombol hapus aplikasi. Bukan demi kembali.

Tapi demi mencoba jadi manusia.

Hanya Fiksi Sambil Ngopi By Bengpri

Related posts

Gerindra Kuningan Soroti Etika Politik Dokter Deni

Cikal

Tak Ada yang Menjawab

Cikal

Kuningan Siaga! Kodim Latih Simulasi Bencana Skala Besar

Cikal

Leave a Comment