KUNINGAN — Kenaikan harga beras hingga 7,27 persen sejak awal tahun 2024 jadi alarm serius bagi pengendalian inflasi pangan. Namun, Kabupaten Kuningan justru tampil sebagai daerah yang mampu menahan gejolak, berkat surplus produksi dan strategi intervensi pasar yang masif.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Kuningan, Wahyu Hidayah, menyebutkan panen padi sejak Januari hingga April mencapai luas tanam lebih dari 19 ribu hektare. “Puncaknya di bulan April, dengan luas panen mencapai 12.393 hektare,” ujar Wahyu dalam Focus Group Discussion (FGD) bertajuk Strategi Pengendalian Inflasi Beras di Wilayah Ciayumajakuning, yang digelar Bank Indonesia di Kantor BI Cirebon, belum lama ini.
Meski panen raya terjadi pasca-Lebaran, kata Wahyu, beras dari Februari dan Maret masih mencukupi kebutuhan warga Kuningan. “Surplus tetap terjadi, dengan catatan distribusi tidak bocor keluar daerah,” ujarnya.
Untuk memperkuat stabilitas, Pemkab Kuningan menggencarkan program Gerakan Pangan Murah (GPM) yang rutin digelar setiap Minggu di kawasan Car Free Day. Dari sinilah 46,5 ton beras telah terserap masyarakat. Tak hanya itu, penyaluran bantuan pangan dari cadangan pemerintah juga dilakukan, dengan total 2.465 ton beras sudah diberikan kepada Keluarga Penerima Manfaat (KPM).