HKTI melihat stunting dan gizi buruk bukan hanya persoalan kesehatan, tetapi juga erat kaitannya dengan perhatian terhadap sektor pertanian. Hanyen menegaskan, tidak mungkin memutus rantai stunting jika pertanian dibiarkan tertinggal dan bergantung pada produk-produk nonlokal yang kurang bernutrisi.
Dalam konteks tersebut, Rumah Tani dan HKTI hadir sebagai jembatan strategis untuk mengembalikan minat generasi muda terhadap sektor pertanian. Bagi Hanyen, pertanian bukan hanya profesi, tetapi juga pilihan hidup yang strategis dan patriotik.
“Kami ingin menjadikan pertanian sebagai tekad bersama. Bonus demografi menuju Generasi Emas harus dimanfaatkan melalui swasembada pangan dari desa. Rumah Tani dan HKTI adalah panggung bagi pemuda yang ingin berkontribusi nyata,” katanya.
Rumah Tani sendiri telah dikenal sebagai pelopor pertanian sehat di Kuningan, dengan pendekatan kolaboratif bersama petani lokal, akademisi, dan pelaku usaha mikro. Kiprahnya selama tiga tahun terakhir dinilai berhasil membangun ekosistem pertanian yang inovatif, inklusif, dan ramah lingkungan.
Momentum perayaan ulang tahun ini pun menjadi titik tolak baru untuk memperkuat konsolidasi antar stakeholder pertanian di Kuningan. Harapannya, model kemitraan seperti Rumah Tani-HKTI bisa direplikasi di kecamatan lain, seiring tantangan ketahanan pangan yang semakin kompleks.