KUNINGAN – Kepemimpinan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Kabupaten Kuningan memasuki fase kritis. Pasca mundurnya Ketua Umum Muhammad Ridho Suganda, yang kini dijabat Pelaksana Tugas (Plt.) Aan Suganda, organisasi ini tidak hanya membutuhkan ketua baru melalui Musyawarah Olahraga Kabupaten Luar Biasa (Musorkablub), tetapi juga berjuang mengatasi krisis anggaran parah di tengah ancaman gelaran Babak Kualifikasi (BK) Porda Jawa Barat.
Beberapa sosok dianggap pantas dan layak memimpin KONI Kuningan sisa masa jabatan atau hingga tahun 2027 mendatang, diantaranya ada H. Edi Nurinda, Sosok yang tak asing di Jakarta ini dikenal aktif sebagai pejabat teras di Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) RI. Asli putra Linggarjati, Cilimus, pria penyandang sabuk hitam Judo ini dikenal memiliki kepedulian tinggi terhadap dunia olahraga. Reputasinya di tingkat nasional menimbulkan harapan besar bahwa ia mampu menyelesaikan persoalan kronis olahraga khususnya KONI Kuningan, terutama terkait kelangkaan anggaran yang sedang melanda.
Kemudian ada sosok H. Rokhmat Ardiyan, Anggota DPR RI dari Fraksi Partai Gerindra ini justru menancapkan pengaruhnya di akar rumput. Aktif di berbagai organisasi Kuningan, mulai dari KAHMI hingga lainnya, Ardiyan diyakini sebagai sosok yang paling konsisten memperhatikan kondisi KONI yang tengah kesulitan. Keramahan dan jiwa sosialnya yang tinggi menjadi nilai tambah dalam membangun relasi yang dibutuhkan untuk memulihkan KONI Kuningan.
Persoalan mendesak yang harus segera dipecahkan oleh siapa pun yang terpilih nanti adalah anggaran. Dalam waktu dekat KONI Kuningan diperkirakan membutuhkan dana minimal Rp 2 Miliar hanya untuk memastikan kesiapan atlet dalam BK Porda Jabar yang sudah di depan mata. Menggantungkan harapan pada APBD Kuningan yang juga sedang dalam tekanan, menuntut kepiawaian calon ketua dalam bernegosiasi dan mencari sumber pendanaan alternatif.
Siapa yang Paling Pantas? Antara Edi Nurinda dengan jaringan nasional dan pemahaman birokrasi pemerintahan, melawan Rokhmat Ardiyan dengan jaringan nasional serta basis lokal yang kuat dan rekam jejak kepedulian. Keduanya membawa keunggulan berbeda untuk masalah berbeda, atau ada sosok lain sesuai keinginan bupati kuningan.
Spekulasi mengemuka akankah Bupati Kuningan mengambil langkah tak biasa dengan menunjuk langsung seorang birokrat dari dalam pemerintahan untuk memimpin KONI. Tujuannya mungkin untuk memastikan koordinasi yang lebih ketat dan percepatan penyaluran anggaran yang sangat krusial. Meski berpotensi memicu kontroversi, opsi ini dianggap mungkin oleh sebagian kalangan, terutama mengingat desakan waktu dan anggaran.
Bagaimanapun nanti hasil Musorkablub atau keputusan yang diambil, satu hal mutlak diperlukan adalah koordinasi yang sangat lancar antara KONI dan Pemerintah Daerah (Pemda) Kuningan. Tanpa sinergi ini, upaya mengatasi krisis anggaran dan mempersiapkan atlet untuk BK Porda akan menjadi misi yang hampir mustahil.
Mampukah sosok terpilih nanti menjadi jembatan yang menghubungkan kebutuhan mendesak olahraga Kuningan dengan keterbatasan anggaran daerah, sekaligus membawa energi baru pasca krisis kepemimpinan?
Mata publik Kuningan kini tertuju pada proses Musorkablub yang akan datang dan langkah strategis Pemda. Pilihan siapa yang memimpin KONI dan dari mana menyiapkan sumber dana Rp 2 Miliar itu akan datang sebagai dana kesiapan untuk BK Proda Jabar, akan sangat menentukan nasib prestasi olahraga Kuningan di ajang bergengsi BK Porda dan ke depannya.
Diberitakan sebelumnya, KONI Kabupaten Kuningan resmi menunjuk Aan Suganda sebagai Pelaksana Tugas (PLT) Ketua Umum dalam rapat pleno yang digelar Rabu (4/6/2025).