Cucu juga mengkritik jika tagline terus diganti hanya karena perubahan kepemimpinan. Menurutnya, hal itu berpotensi menimbulkan beban psikologis birokrasi dan publik, yang selalu dipaksa menyesuaikan arah baru setiap lima tahun.
“Slogan seharusnya lahir dari kajian matang, bukan dari dorongan emosional politik. Apalagi kalau hanya demi pencitraan, itu menyedihkan,” tegasnya.
Pemerintah Kabupaten Kuningan hingga saat ini belum memberikan pernyataan resmi soal penggantian tagline tersebut. Namun, diskursus di ruang publik terus menguat, terutama karena belum terlihat output konkret dari slogan-slogan sebelumnya.
“Kalau memang mau ganti, harus ada roadmap-nya. Apa targetnya? Kebijakannya? Anggarannya? Jangan cuma main kata-kata,” tutup Cucu. (ali)