“Guru agama tidak cukup hanya pintar mengajar, tapi harus turun ke dunia mereka, pahami gaya hidup mereka, baru bisa memberikan solusi,” kata Yudi.
Berbeda dengan Agung Sukardi, Penyuluh Agama Kemenag, menekankan bahwa masyarakat kini dihadapkan pada maraknya konten agama yang tidak bertanggung jawab di internet.
“Banyak orang belajar agama dari medsos, tapi tidak semua sumbernya valid. Ini bahaya!” ujarnya.
Sementara itu, Nurul Iman Hima Amrullah, Rektor Unisa Kuningan, membuka dialog dengan harapan besar.
“Mahasiswa kami harus paham betul dinamika ini, agar saat jadi guru nanti, mereka bisa menciptakan strategi pembelajaran yang relevan,” pesannya.
PSPPI sendiri akan menjadi wadah kajian dan solusi untuk pendidikan agama Islam yang lebih adaptif di era digital.
“Kami ingin guru agama tidak hanya mengajar, tapi juga menjadi teladan dan teman diskusi bagi generasi muda,” tutup Sopandi. (red)