KUNINGAN – Bagaimana jika logika dan nurani dipertemukan dalam satu ruang? Pertanyaan itulah yang coba dijawab oleh Langit Ciremai Institut melalui kegiatan bertajuk “Tempat Logika dan Nurani Berdialog”, sebuah forum refleksi kritis yang menyatukan isu lingkungan, kebudayaan, seni, dan kepemimpinan di Kabupaten Kuningan, Jum’at (23/8).
Acara yang digelar sebagai kelanjutan dari Sekolah Politik Nitasastra ini menghadirkan para pemikir, seniman, dan aktivis lokal. Suasana diskusi berlangsung hangat, penuh canda, namun tetap sarat kritik tajam.
Ikhlasul Amalda, selaku ketua pelaksana, menekankan bahwa forum itu dibangun sebagai ruang jujur antara hati nurani dan nalar publik.
“Kami ingin menghadirkan ruang alternatif, di mana logika dan nurani tidak saling meniadakan, tetapi berdialog untuk melahirkan kesadaran bersama,” ucapnya, Sabtu (23/8)
Isu lingkungan disorot serius oleh M. Indra Wiguna, aktivis lingkungan Kuningan. Ia mengingatkan bahwa kerusakan alam bukan lagi soal teori, melainkan keberanian untuk bertindak.
“Lingkungan hidup bukan romantisme hijau, ini soal keberlangsungan hidup manusia,” tegasnya.
Dari sisi kebudayaan, budayawan Dadan Aminudin Latif, menegaskan bahwa budaya bukan sekadar peninggalan, melainkan energi hidup.