Hidup di zaman modern tapi masih berpikir tentang orang lain supaya lebih baik adalah kekayaan hati orang-orang pilihan. Tapi tidak banyak. Kebanyakan orang berjuang untuk dirinya sendiri. Apalagi tentang kesehatan. Kebutuhan hidup yang satu ini selalu dipandang sebagai ladang usaha yang paling menjanjikan untuk memperkaya diri.
Apalagi jika harus berinvestasi lebih awal. Pengorbanan, terutama materi, sering menjadi alasan bahwa uang yang sudah dikeluarkan besar dan mahal, maka gantinya harus cepat dan lebih. Saran “saya” harus ditukar dengan uang. Tidak gratis.
Tetapi, hal itu tidak berlaku bagi orang-orang pilihan. Orang yang mewakafkan dirinya untuk orang lain. Sebesar apapun materi dan sepajang apapun proses yang dilaluinya, selalu dipersembahkan untuk orang lain. Sepertinya musykil, apalagi bagi anak muda. Tapi bukan berarti tidak ada.
Adalah Risna Nurlia, perempuan yang memasuki usia 32 tahun ini bisa dikategorikan orang yang musykil untuk sebijak itu. Investasinya di bidang pendidikan kesehatan masyarakat, marathon mulai S1, S2, sampai S3 diabdikan untuk membangun generasi sehat. Untuk kesehatan masyarakat. Ketika ditanya cita-citanya Ia menjawab “Ingin membangun pusat edukasi dan inovasi gizi local untuk ibu dan anak di desa agar tidak terjadi stunting.”
Warga Desa Bojong Kecamatan Cilimus ini menilai bahwa persoalan stunting disebabkan oleh minimnya akses informasi tentang pangan yang sehat, terutama bagi ibu hamil. Karena itu, buah dari perjuangannya selama pendidikan akan disiapkan untuk menjawab kebutuhan-kebutuhan itu. Ia berkomitmen untuk terus belajar, berinovasi, dan membagikan ilmu yang dimilikinya.
“Semoga dari langkah kecil ini, lahir gerakan-gerakan besar untuk perubahan masyarakat Indonesia yang lebih sehat dan berdaya,” tuturnya, Jumat, (27/6).
Direktur CV. Nurlia Mitra Abadi yang baru saja menyandang gelar doktor Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanudin Makassar ini meyakini bahwa konsistensi dalam hal-hal kecil adalah kunci. Ia percaya, ketika memiliki niat baik dan terus diusahakan, maka jalan akan terbuka.
Hal yang sama Ia terapkan dalam pekerjaan yang dirintis sejak 2018 silam maupun sebagai dosen di kampus. Menurutnya, aktivitas kerja bukan sebatas gugur kewajiban. Yang lebih penting dari itu justru bagaimana memberi dampak positif. Berangkat dari paradigma itu, lagi-lagi Ia berkomitmen untuk terus belajar, mengajar, dan memberi solusi.