Di tengah derasnya arus globalisasi dan kemajuan teknologi yang tak terbendung, pendidikan karakter menjadi fondasi utama dalam membentuk generasi penerus bangsa. Sekolah sebagai lembaga formal tidak hanya berfungsi sebagai tempat pertukaran ilmu pengetahuan, tetapi juga sebagai ruang untuk menanamkan nilai-nilai luhur yang berakar pada Pancasila. Nilai-nilai ini, jika ditanamkan sejak dini dan secara konsisten, akan melahirkan generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga bijak dalam bersikap dan bertindak.
Pendidikan karakter berbasis Pancasila merupakan proses yang menekankan pembentukan kepribadian peserta didik melalui penginternalisasian nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Susanto (2021), pendidikan yang berlandaskan pada nilai-nilai Pancasila merupakan sebuah usaha yang dirancang secara teratur untuk menanamkan nilai-nilai luhur bangsa. Tujuannya supaya siswa dapat menghadapi berbagai tantangan zaman, namun tetap menjaga jati diri dan identitas sebagai bangsa Indonesia.
Di sekolah, pendidikan berbasis pancasila ini dapat diimplementasikan melalui berbagai kegiatan sekolah mulai dari intrakurikuler, kokurikuler, hingga ekstrakurikuler. Dalam pelaksanaannya, penyesuaian antara kegiatan dan nilai-nilai dalam sila Pancasila perlu berjalan beriringan. seperti pada pembiasaan ibadah bersama dan sikap saling menghormati terhadap perbedaan keyakinan yang mencerminkan penerapan sila pertama.
Kegiatan menjaga kebersihan lingkungan secara gotong royong dan aksi sosial mencerminkan nilai-nilai sila ketiga. dilain sisi , diskusi seputar kesetaraan dan sikap saling menghargai menjadi bagian dari implementasi sila kelima. Pendekatan ini mengintegrasikan pembelajaran kognitif, afektif, dan psikomotorik secara seimbang.
Penelitian oleh Kartika & Wulandari (2023) menunjukkan bahwa siswa yang mengikuti pembelajaran berbasis Pancasila secara konsisten cenderung memiliki empati sosial yang tinggi, mampu bekerja sama, dan menunjukkan sikap toleransi dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini menunjukkan bahwa internalisasi nilai-nilai Pancasila tidak terbatas pada aspek kognitif di dalam kelas, melainkan telah diwujudkan dalam sikap dan perilaku peserta didik secara nyata.
Kendati demikian, berbagai tantangan tetap hadir, seperti dinamika sosial yang cepat berubah, kuatnya pengaruh budaya di seluruh dunia, serta kurangnya literasi tingkat lanjut yang bijak, yang berpotensi menggerus nilai-nilai luhur tersebut jika tidak diantisipasi dengan tepat. Oleh karena itu, sinergi antara guru, orang tua, dan masyarakat sangat penting untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang kondusif serta mampu menanamkan nilai-nilai tersebut sercara konsisten. Sebagaimana ditegaskan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (2022), pendidikan karakter bukan hanya tugas sekolah, tetapi tanggung jawab bersama.
Melalui pendidikan karakter berbasis Pancasila, sekolah tidak hanya mencetak lulusan berprestasi, tetapi juga pribadi-pribadi yang siap menjadi pemimpin masa depan yang berintegritas. Inilah saatnya kita semua bergerak bersama, menanam nilai, dan menumbuhkan karakter demi Indonesia yang lebih bermartabat dan berkeadaban.
Penulis: Siska Rahmalia; Mahasiswa Universitas Islam Al-Ihya Kuningan

1 comment
tulisannya menginspirasi dan menambah gagasan