Perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) yang pesat dalam beberapa waktu terakhir memberikan kontribusi secara signifikan dalam berbagai sektor seperti ekonomi, kesehatan, industri, pendidikan dan pemerintahan.
Di satu sisi, AI menawarkan dampak kemudahan, produktivitas tinggi dan efesiensi. Namun di sisi lain, perkembangan AI ini berpotensi menimbulkan kekhawatiran etis, masih terdapat kesenjangan pengetahuan yang signifikan terkait dengan penerapan etika dalam pengembangan kecerdasan bautan (AI) di Indonesia.
Hal ini dapat terlihat dari regulasi dan prakteknya yang di mana belum sepenuhnya mempertimbangkan nilai-nilai etis secara spesifik dalam konteks lokal seperti nilai yang terkandung di dalam Pancasila.
Pancasila sebagai ideologi negara bertanggung jawab dalam menghadapi tantangan yang muncul sebab kecerdasan buatan (AI) ini, di mana perlu menjawab bagaimana menerapkan nilai-nilai Pancasila seperti kemanusiaan, persatuan dan keadilan ke dalam pengembangan teknologi terutama dalam perkembangan kecerdasan buatan (AI) yang semakin kompleks.
Pancasila sebagai dasar negara serta pandangan hidup bangsa memiliki peran penting sebagai filter nilai untuk memastikan bahwa perkembangan kecerdasan buatan (AI) tetap sejalan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan sosial. Bukan hanya tanggung jawab negara namun mulai dari diri sendiri, bijak dalam penggunaan kecerdasan buatan (AI).
Indonesia yang memiliki variasi keberagaman. Pancasila menjadi filter nilai dalam menyelaraskan antara teknologi AI dan keberagaman budaya dan bahasa, dengan pengembangan chatbot AI yang dapat berinteraksi dengan berbagai bahasa daerah di Indonesia.
Seharusnya beretika dan membangun kesadaran diri akan nila-nilai Pancasila secara digital menjadi sangat penting di zaman di mana interaksi daring semakin merajalela. Bagaimana masyarakat bisa berinteraksi dengan etika di dunia maya, dan bagaimana prinsip-prinsip Pancasila dapat memandu perilaku online yang positif?
Setiap prinsip dalam Pancasila mengandung moral dan etika yang dapat dijadikan patokan untuk mengevaluasi, menyaring, dan mengarahkan penerapan teknologi, termasuk kecerdasan buatan. Sila pertama, Ketuhanan yang Maha Esa. Perkembangan AI harus dilaksanakan dengan semangat kesadaran akan tanggung jawab moral dan spiritual. Teknologi tidak boleh diubah menjadi objek pemujaan baru yang menyingkirkan nilai-nilai ketuhanan.
Kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. AI harus dirancang dengan mengedepankan nilai kemanusiaan. Penggunaan data pribadi, contohnya, tidak boleh dilakukan tanpa persetujuan yang tegas dan tanpa perlindungan hak individu.
Ketiga, Persatuan Indonesia. Teknologi AI dapat memperkuat atau justru merusak persatuan bangsa. Melalui Algoritma yang menyebarkan konten provokatif atau disinformasi politik dapat menciptakan konflik sosial digital. Oleh karena itu, AI harus diarahkan untuk memperkuat dan mempererat semangat kebangsaan, bukan meretakkan.
Keempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan. Pengambilan keputusan dalam penerapan AI tidak boleh hanya dilakukan oleh kalangan elit teknologis saja harus ada ruang bagi Masyarakat sehingga kebijakan yang berakaitan menjunjung tinggi kepentingan publik.
Kelima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. AI berpotensi memperlebar jurang sosial antara mereka yang memiliki akses teknologi dan yang tidak. Pancasila harus mendorong agar teknologi menjadi alat pemerataan. Oleh karena itu, negara Indonesia harus menjamin distribusi akses teknologi dan pendidikan digital secara merata, agar semua lapisan masyarakat dapat memanfaatkan perkembangan AI.
Di tengah arus globalisasi teknologi, Pancasila bukan hanya simbol ideologis, tetapi juga pedoman dalam menghadapi kecerdasan buatan. Sebagai filter nilai, Pancasila mampu memberikan arah yang seimbang antara kemajuan teknologi dan kemanusiaan.
Tantangan yang akan datang bukan hanya tentang seberapa canggih teknologi, namun juga seberapa bijak kita menggunakan teknologi untuk membangun peradaban yang adil, manusiawi, dan bermartabat. []
Ditulis oleh Noni Rodiani, Mahasiswi Universitas Islam Al-Ihya Kuningan

10 comments
semangat, tulisannya sangat menginspirasi
semoga selalu terwujud nilai-nilai pancasila di era globalisasi ini
KERENN SEKALI
keren teh non, semangatttt!!
semoga ilmunya bermanfaatt yaaa!!!
masya Allah sangat bermanfaat
masyaAllah kerenn tehh, bermanfaat sekalii
masyaallah kerennn
Kerennn, good job yaa teh noni Semoga di era modern pancasila tetap terjaga nilai nilai nya
Kerennn, mantap, good job yaa teh noni Semoga di era modern pancasila tetap terjaga nilai nilai nya.