Cikalpedia
Sosok

Rika Mudrikah, Menyalakan Cahaya Pendidikan di Era Digital

Seperti hari-hari sebelumnya, dengan penuh keceriaan dan semangat seorang perempuan muda dari Desa Babatan, Kecamatan Kadugede, berangkat menuju tempatnya bertugas menjadi Kepala Sekolah.

Dialah Rika Mudrikah, sosok Kepala Sekolah muda yang kini dikenal luas dengan panggilan hangat Amih Rika. Sebagai seorang pendidik, saat ini Amih Rika menjabat sebagai Kepala Sekolah SDN 1 Langseb, Kecamatan Lebakwangi, Kabupaten Kuningan.

Rika Mudrikah, Kepala Sekolah yang dikenal bukan hanya karena dedikasinya di dunia pendidikan, tapi juga karena caranya menyentuh hati banyak orang melalui layar ponsel.

Rika dikenal bukan sebagai kepala sekolah biasa. Di balik aktivitasnya memimpin SDN 1 Langseb, ia juga dikenal sebagai konten kreator pendidikan di TikTok dengan puluhan ribu pengikut.

Pemilik akun TikTok @rikamoed yang sudah diikuti hampir 15 ribu followers ini selalu membagikan potret keseharian seorang pendidik yang jujur, hangat, dan apa adanya.

“Dalam konten tersebut saya mencoba menampilkan seorang kepala sekolah muda yang tetap bisa menjalankan amanah dengan rasa penuh tanggung jawab dan tentunya mengikuti perubahan sesuai gen milenial (usia saya)” Ucap Rika mengawali obrolan.

Dalam setiap kontennya, Rika mencoba mengarahkan kepada penonton bahwa keberhasilan kepemimpinan tidak bisa hanya dinilai dari usia, tapi bagaimana untuk menyikapi sebuah amanah dan kolaborasi dengan rekan kerja

Setiap pagi, di sekolah yang dipimpinnya, Rika menyapa anak-anak dengan senyum hangat dan suara lembut yang penuh semangat. Ia bukan hanya seorang pemimpin, tapi juga seorang pendidik yang hadir dengan hati.

“Sejatinya seorang pendidik yang mau belajar dan terus belajar adalah pendidik yang bisa membaca kekurangannya dan peluang di hadapannya,” ucapnya suatu hari, kalimat sederhana yang menjadi kompas hidupnya.

Bagi Rika, menjadi pendidik berarti siap menjadi murid sepanjang hayat. Dunia pendidikan terus berubah, begitu juga cara anak-anak belajar dan berinteraksi. Di tengah arus digital yang cepat, ia memilih untuk beradaptasi tanpa kehilangan nilai.

Baca Juga :  Kejari Kuningan Perluas Jerat Korupsi Kredit Bank, Satu Tersangka Baru Ditahan

“Guru di era digital bukan hanya pengajar, tapi juga pembelajar, sejatinya seorang pendidik yang mau belajar dan terus belajar merupakan pendidik yang dapat membaca kekurangannya dan peluang yang ada di hadapannya,” ucapnya suatu pagi sambil menyiapkan rapat kecil bersama guru-guru.

Kalimat itu bukan sekadar kutipan favorit, tapi kompas hidup bagi Rika. Ia percaya bahwa menjadi guru berarti siap menjadi murid selamanya. Setiap perubahan zaman, setiap tantangan baru dalam dunia pendidikan, menjadi peluang baginya untuk terus tumbuh.

Di sela rutinitas sebagai kepala sekolah, Rika menyempatkan diri belajar hal-hal baru, dari cara mengelola emosi murid, strategi pembelajaran digital, hingga literasi media sosial.

“Kalau kita berhenti belajar, kita berhenti memimpin, anak-anak sekarang hidup di dunia yang terhubung dengan layar. Kalau kita ingin dekat dengan mereka, kita juga harus berani melangkah ke sana.” ujarnya pelan tapi mantap

Baginya, perubahan teknologi bukan ancaman, tapi jembatan cara baru untuk menanamkan nilai, membangun karakter, dan menyebarkan semangat belajar.

Semua bermula saat pandemi. Sekolah-sekolah sunyi, ruang belajar berpindah ke layar, dan rasa rindu terhadap tatap muka menyesakkan banyak guru. Namun Rika melihat peluang di tengah kesunyian itu.

Ia mulai membuat video pendek di TikTok, membagikan cerita sederhana tentang perjuangan guru, dinamika murid, dan kehidupan seorang kepala sekolah muda di Kabupaten Kuningan.

Awalnya hanya untuk mengisi waktu, namun siapa sangka konten-konten itu menjangkau ribuan hati.
Kini, akun TikToknya diikuti banyak orang dari berbagai daerah.

Mereka menantikan kisahnya, video-videonya tentang keseharian guru dan kepala sekolah muda justru menyentuh hati banyak orang.

Komentar-komentar positif bermunculan. Ada yang menulis, “Bu Rika, terima kasih sudah mengingatkan kami bahwa guru juga punya mimpi.”

Ada pula orang tua murid dari luar daerah yang mengaku termotivasi untuk mendukung pendidikan anaknya setelah menonton konten Rika.

Baca Juga :  Kantor Baru MUI Kuningan Dibangun, Peletakan Batu Pertama Besok

“Saya tidak mencari popularitas, Saya hanya ingin perjuangan guru-guru di pelosok juga dilihat, agar dunia tahu bahwa pendidikan tidak hanya hidup di kota besar” ujarnya lembut.

Kini, dengan lebih dari puluhan ribu followers, Rika memanfaatkan media sosial bukan untuk popularitas, tapi untuk membangun ruang inspirasi baru.

“Membangun followers tidak mudah, kita harus tahu jati diri, tahu pesan apa yang ingin disampaikan, dan siap konsisten. Saya ingin menunjukkan bahwa menjadi guru itu keren, bermartabat, dan bisa tetap relevan di era digital.” ujarnya jujur.

Namun, dunia maya tidak selalu ramah. Rika paham betul, semakin tinggi pohon tumbuh, semakin kencang angin berembus.

“Ada saja yang menilai negatif,” katanya tersenyum. “Tapi saya belajar, tidak semua komentar harus dibalas. Kadang, diam adalah cara terbaik menjaga niat.”

Ia belajar bahwa penghargaan sejati bukan dari jumlah like, melainkan dari ketenangan hati saat tahu bahwa yang dilakukan membawa manfaat.

“Kalau saya bisa membuat satu orang saja termotivasi untuk mencintai pendidikan, itu sudah cukup,” tambahnya.

Ia memandang kritik bukan sebagai penghalang, tapi sebagai pengingat untuk terus memperbaiki diri. Dalam setiap langkahnya, Rika mencoba menjaga keseimbangan antara teknologi dan ketulusan, layar dan hati, modernitas dan makna.

“Tapi saya belajar untuk kuat, karena apresiasi terbesar bukan dari orang lain, melainkan dari hati yang tenang setelah berbuat sebaik mungkin.”

Meski telah memimpin sekolah dan dikenal luas, Rika tak pernah berhenti bermimpi. Ia ingin melanjutkan studi S2, mengembangkan program literasi di desanya, dan membawa nama SDN 1 Langseb ke ajang kepala sekolah berprestasi tingkat provinsi bahkan nasional. Baginya, mimpi bukan sekadar angan, tapi bahan bakar untuk terus berjalan.

Baca Juga :  Gagal Maju, Umar Hidayat Pilih Legowo: “Belum Waktunya”

“Saya ingin murid-murid saya tahu bahwa belajar tidak berhenti hanya karena kita sudah dewasa. Guru mereka pun masih belajar, masih berjuang.” Ucapnya.

Dalam sosok Rika Mudrikah, kita melihat potret kepemimpinan muda yang lembut tapi berdaya. Ia memimpin dengan hati, mengajar dengan makna, dan berbagi dengan ketulusan.

Di tangannya, sekolah di desa kecil bukan sekadar tempat belajar membaca dan menulis, tetapi tempat menumbuhkan harapan.

Rika mungkin tak berteriak tentang prestasi, tapi dari caranya berjalan konsisten, kita tahu dirinya sedang menulis kisah kepemimpinan yang indah, dengan tinta ketulusan dan semangat belajar yang tak pernah usai.

Rika Mudrikah adalah gambaran nyata pendidik muda masa kini, lahir dari desa, berjuang dengan nilai, dan beradaptasi dengan zaman. Ia menjembatani dunia tradisi dan teknologi, menunjukkan bahwa kepemimpinan dalam pendidikan tidak diukur dari usia, melainkan dari ketulusan dan keberanian untuk terus belajar.

Di antara layar-layar ponsel dan papan tulis sekolahnya yang sederhana, Rika menulis kisah kepemimpinan yang penuh makna. kisah seorang perempuan muda dari Babatan yang tak pernah lelah menyalakan cahaya pendidikan, baik di kelas nyata maupun di dunia digital.

“Semoga apa yang Saya lakukan, bermanfaat untuk dunia pendidikan khususnya untuk anak-anak di Kuningan” Pungkasnya. (Beng).

Related posts

Tiga Pengedar Narkoba Dibekuk Polres Kuningan, Salah Satunya Ditangkap di Rest Area Panawuan

Cikal

Aksi Heroik Anggota Kodim 0615 Kuningan, Ringkus Pencuri Motor Bersenjata Api di Padalarang

Cikal

Target 46 Miliar, Bappenda Kuningan Dorong Pelunasan PBB Lewat Camat dan Kades

Cikal

Leave a Comment