KUNINGAN- Atmosfir perubahan Kabupaten Kuningan ke arah yang lebih baik belum bisa dirasakan. Termasuk pasca peringatan 100 hari kerja Bupati dan Wakil Bupati Kuningan beberapa hari lalu.
Padahal, seratus hari kerja Bupati dan Wakil Bupati Kuningan merupakan fase krusial bagi pemerintah daerah untuk menunjukan arah dan keseriusan janji-janji politiknya. Termasuk menjadi momen untuk menunjukkan pondasi awal dalam mengukur komitmen pemerintah dalam menjawab kebutuhan masyaraktnya.
Hal itu disampaikan oleh Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Kuningan, Eka Kasmarandana. Ia menilai kinerja pemerintah belum berhasil memunculkan geliat perubahan signifikan sesuai yang dijanjikan.
“Belum ada perubahan yang signifian. Program-program prioritas belum berjalan optimal, ini menjadi tanda tanya di kalangan masyarakat, arah kebijakan pemerintah saat ini bagaimana?” ujarnya, Selasa (23/6).
Ia menilai transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan anggaran terkesan ekslusif. Proses pengambilan kebijakan kurang melibatkan partisipasi aktif masyarakat. Salah satu yang mencederai keluhan para guru honorer dan warga miskin, biaya kegiatan 100 hari kerja Bupati dan Wakil Bupati menelan biaya sertaus juta.
“Anggaran seratus juta untuk kegiatan 100 hari kerja patut dipertanyakan dengan kondisi keuangan daerah yang sangat terbatas, katanya komitmen efisiensi,” ujarnya.
Eka menyarankan, di awal kepemimpinannya pemerintah daerah harus lebih jeli dan konsisten melihat fenomena masyarakat Kuningan. Membangunkan optimisme masyarakat di tengah keterpurukan ekonomi. Aparatur negara harus hadir di gang sempit kota, pelosok desa, menyapa guru honorer.
“Kasih kami optimisme lima tahun ke depan. Strategi apa yang bisa mewujudkan kemajuan Kuningan ke depan. Bukan malah muncul berita-berita kegelisahan dan kegalauan karena efisiensi anggaran atau konflik internal para pemimpin,” keluhnya.
Di tempat berbeda, aktivis HMI Unisa Kuningan, Oman Rohman juga menyarankan supaya pemerintah daerah mulai focus pada pembangunan Kuningan. Para elit dan pejabat teras Kuningan harus kompak dan saling memperkuat sesuai kapasitasnya masing-masing untuk mulai menyusun strategi, mencari peluang untuk kebaikan Kuningan.
“Para pejabat Kuningan adalah orang tua- orang tua kami. Nasib Kuningan ke depan ada di tangan para pemangku kebijakan saat ini. Beri contoh yang baik buat kami,. Kedengarannya masih terkotak-kotak pendukung 01, 02, 03., Kalau begitu kapan pembangunannya?” tuturnya. (Icu)
