Cikalpedia
Pemerintahan

Wahyu Hidayah Masuk Enam Besar PNS Berprestasi Jawa Barat

Wahyu Hidayah, PNS Kuningan yang masuk enam besar pada ajang PNS berprestasi tingkat Jawa Barat. (Istimewa)

KUNINGAN – Nama Dr. Wahyu Hidayah, M.Si., belakangan semakin sering disebut di lingkungan birokrasi Jawa Barat. Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Kuningan yang juga tengah mengemban tugas sebagai Penjabat Sekretaris Daerah (Pj Sekda) ini kini memasuki fase krusial dalam kompetisi PNS Berprestasi Jawa Barat 2025.

Pada Jumat, (3/10/2025), ia diuji langsung di hadapan tim juri melalui visitasi lapangan di Desa Cihirup, Kecamatan Ciawigebang. Inovasi yang digagasnya, bertajuk “Strategi Regenerasi Petani dalam Menjawab Tantangan Ketahanan Pangan di Era Modern”, menjadi bahan pembahasan utama.

Para penilai bukan sosok sembarangan. Mereka datang dari sejumlah perguruan tinggi ternama di Jawa Barat, diantaranya Prof. H. Agus Ahmad Safei dari UIN SGD Bandung, Prof. H. Karim Suryadi dari UPI Bandung, Prof. Ridwan Sutriadi dari ITB, serta Dr. Ferry Hadiyanto dari Unpad. Kehadiran mereka didampingi jajaran Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Provinsi Jawa Barat, sesuai surat resmi Kepala BKD bernomor 2386/KPG.03.06/PKAP tertanggal 10 September 2025.

Menurut Kepala Bidang Penilaian Kinerja Aparatur dan Penghargaan BKD Jabar, Nenden Tatin Maryati, Wahyu kini berada di tahap ketiga, menyisihkan ratusan kandidat lain. Dari total 264 peserta dalam tiga kategori, ia berhasil masuk 10 besar kategori inovatif. “Tahap berikutnya akan disaring menjadi enam besar. Kalau lolos, para kandidat akan adu gagasan layaknya debat kepala daerah,” ujar Nenden.

Berbeda dengan tahap sebelumnya, visitasi kali ini tidak hanya menilai presentasi inovator. Tim penilai juga menelusuri testimoni dari berbagai pihak: atasan, bawahan, akademisi, komunitas, hingga media. “Yang diuji bukan hanya Pak Wahyu, tapi juga ekosistem di sekitarnya. Kami ingin melihat apakah inovasi ini nyata dirasakan masyarakat,” kata Nenden.

Baca Juga :  Pemkab–Kejari Kuningan Teken MoU, Korupsi Bisa Mati Gaya

Di hadapan juri, Bupati Kuningan, Dr. H. Dian Rachmat Yanuar, M.Si., menyampaikan kesaksian langsung. Ia menyebut Wahyu sebagai ASN penuh dedikasi, inovatif, dan memiliki jejaring luas. “Saya mengenalnya sejak masih Kabid di Bappeda. Tipikal ASN yang tak pernah diam, selalu menciptakan terobosan, dan pandai membangun kolaborasi,” ujar Dian.

Menurut Bupati, kemampuan lobi Wahyu di tengah keterbatasan APBD membuat Kuningan berulang kali mendapat bantuan strategis dari kementerian, mulai dari alat dan mesin pertanian, bibit, hingga program unggulan. “Bukan hanya pintar menyusun program, tapi juga pandai mengeksekusi dan punya daya jelajah tinggi. Itu yang membedakan beliau,” tambahnya.

Dian juga menyoroti keberhasilan Wahyu dalam menarik minat generasi muda ke sektor pertanian. “Kita sekarang punya lebih dari 60 kelompok petani milenial dengan 685 anggota aktif. Itu bukti bahwa pertanian bisa ditransformasi menjadi profesi yang modern dan menjanjikan,” katanya.

Gagasan Wahyu lahir dari kegelisahan terhadap data yang menunjukkan lebih dari 60 persen petani di Kuningan berusia di atas 45 tahun. Sementara itu, generasi muda enggan turun ke sawah karena citra profesi petani dianggap identik dengan kemiskinan dan keterbelakangan.

Dari situ ia merancang konsep regenerasi yang integratif, meliputi pelatihan sekolah lapang bagi petani muda, distribusi alsintan, penguatan peran Kelompok Wanita Tani, serta inovasi pemasaran melalui Pasar Tani Milenial dan Masagi Mart. “Kalau hanya menyuruh anak muda bertani tanpa memberi dukungan, itu sama saja ilusi. Harus ada ekosistem yang mendukung, dari hulu sampai hilir,” kata Wahyu.

Hasilnya mulai terlihat. Hingga kini, Diskatan mencatat terbentuk 60 kelompok petani milenial dengan partisipasi aktif 685 orang. Sebanyak 80 unit alsintan sudah terdistribusi, sementara pendapatan dan produktivitas petani naik sekitar 20 persen. “Lebih penting lagi, stigma lama terhadap profesi petani mulai runtuh. Ada anak-anak muda yang kini bangga menyebut dirinya petani,” ujarnya.

Baca Juga :  APBD Kuningan “Prihatin”, Bupati Dian Tekan Dinas Efisien: Obat Pahit Demi Lompatan 2026

Meski sedang bertarung dalam ajang bergengsi, Wahyu menegaskan bahwa terobosannya bukan sekedar proyek lomba. “Ini gerakan nyata yang saya harap bisa direplikasi lebih luas, bahkan menjadi model nasional,” tuturnya.

Sikap itu diamini Bupati Dian. “Prestasi ini bukan akhir, tapi awal semangat baru untuk terus berkarya. Wahyu sudah membuktikan inovasinya bermanfaat nyata bagi masyarakat. Saya kira, beliau layak mewakili Jawa Barat di tingkat nasional,” ucapnya.

Kini perjalanan Wahyu tinggal menunggu hasil penilaian visitasi. Jika melangkah ke enam besar, ia akan menghadapi tahap final berupa adu gagasan di depan juri. Dari sana akan dipilih tiga pemenang Anugerah PNS Berprestasi Jawa Barat 2025, sekaligus kandidat untuk tingkat nasional.

Apapun hasilnya, inovasi Wahyu sudah memberi dampak konkret bagi masyarakat Kuningan. Regenerasi petani yang digagasnya bukan sekadar wacana, melainkan menjelma menjadi gerakan yang melibatkan anak muda, kelompok tani, pemerintah, hingga pasar.

Seperti kutipan yang dipakai Bupati Dian dalam testimoni penutupnya yaitu Khairunnas anfa‘uhum linnas, sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.

Kalimat itu seolah menegaskan bahwa bagi Wahyu Hidayah, kompetisi hanyalah panggung kecil. Yang lebih penting adalah memastikan sektor pertanian tetap hidup, berdaya, dan diwariskan ke generasi berikutnya. (ali)

Related posts

Guru Dituntut Adaptif, Bupati Kuningan Tekankan Hal Ini

Alvaro

Hari Pahlawan di Kuningan: “Teladani Pahlawanmu, Cintai Negerimu”

Cikal

Bunda PAUD Kuningan Ajak Semua Pihak Hadir Sepenuh Hati untuk Anak-anak: “Mereka Tak Hanya Butuh Buku, Tapi Juga Teladan dan Kasih Sayang”

Cikal

Leave a Comment