Cikalpedia
Cerpen

Bengkel Muso, Tempat Berteduh yang Tersembunyi

Cikalpedia.id – Asap rokok bercampur aroma oli membentuk kabut tipis di bengkel kecil itu. Muso, lelaki bertubuh kekar dengan tangan kasar, tengah merunduk di bawah kap mobik tua. Keringat mengalir dari pelipisnya, namun ekspresinya tetap tenang, seperti biasa.

Bengkel Ketok Magic, miliknya, tidak hanya dikenal karena keahliannya membenahi mesin—tetapi juga karena keajaiban lain: tempat berlindung bagi mereka yang kelelahan menghadapi hidup.

Satu per satu teman lamanya datang. Dulu mereka adalah para survivor sejati. Memanjat tebing tanpa tali, menyeberangi sungai deras di malam hari, bertahan di tengah badai tanpa tenda. Tapi sekarang? Mereka tergagap saat surat cerai datang. Terdiam saat rekening menunjukkan saldo tinggal dua digit. Gemetar saat anak sakit, dan obat tidak terbeli.


  1. Gema yang Patah

Suatu sore, Gema datang. Wajahnya lusuh, ransel robek di punggung, mata sayu seperti tak tidur tiga hari. Ia pernah jadi pemimpin ekspedisi ke Gunung Ciremai, pendaki ulet yang bisa bertahan tiga hari tanpa logistik.

Tapi hari itu, dia terduduk diam di sudut bengkel, hanya menatap tanah.

“Kenapa, Gem?” tanya Muso sambil menyodorkan kopi hitam dalam gelas retak.

“Anak gue… butuh operasi. Sementara gue baru di-PHK. Gue… takut, So.”

Muso tak menjawab. Ia tahu, tak ada kompas yang bisa menunjukkan arah dalam situasi seperti itu. Ia hanya menepuk bahu Gema, lalu melanjutkan membenahi mobil yang sama sekali tak rusak.


  1. Jaya yang Menyerah

Beberapa minggu kemudian, Jaya, teman satu regu pencarian saat ada pendaki hilang, muncul. Matanya kosong, gerakannya seperti robot. Ia pernah menyelamatkan nyawa orang lain di lembah sempit yang longsor. Tapi kini, ia kalah oleh tagihan utang yang menggunung.

“Aku capek, So… Aku pengen hilang aja. Gak ada yang ngerti aku.”

Muso duduk di bangku kayu reyot, menyalakan sebatang rokok, dan menjawab pelan, “Kalau lu hilang, siapa yang bantu nyari kita nanti?”

Jaya menangis. Di bengkel kecil itu, tangisan lelaki dewasa bukan hal yang aneh. Mereka menangis bukan karena lemah, tapi karena terlalu lama terlihat kuat.


Related posts

PBB Tembus Target, Kuningan Sosialisasikan Perda Pajak Baru

Cikal

Rokhmat Ardiyan: Gerakan Subuh Anak Muslim Kuningan Layak Jadi Program Nasional

Alvaro

Cabor Bridge Diakui, Uba Subari “Tarik Rem” Dan Serukan Rekonsiliasi

Cikal

Leave a Comment