“Kalaupun mengkritik, itu bukan atas dasar kebencian, tapi rasa sayang agar jalannya lurus, tidak salah selaku bupati,” tambahnya.
Bagi Bupati Dian, keberadaan tokoh seperti Rana adalah anugerah. Dalam dunia kepemimpinan, tidak semua orang berani mengungkapkan pendapat secara jujur, apalagi dengan niat yang murni. Kehadiran rekan yang bisa sekaligus menjadi pengingat, penopang, dan pengkritik yang membangun, menjadi kekuatan tersendiri.
Keduanya sama-sama memahami, membangun Kuningan bukan pekerjaan yang bisa dilakukan sendirian. Butuh kebersamaan, kolaborasi, dan keberanian untuk saling mengingatkan demi tujuan yang lebih besar.
Di tengah riuh tepuk tangan pramuka yang hadir, dua sosok ini menjadi pengingat, bahwa cinta pada daerah bisa diwujudkan dengan cara saling menguatkan, sekalipun lewat kritik yang jujur. (Beng)
