KUNINGAN — Hidup tak berhenti di balik jeruji. Itulah semangat yang dihidupkan Lapas Kelas IIA Kuningan melalui berbagai program pembinaan terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP). Di tempat ini, masa pidana bukan sekadar hukuman, melainkan kesempatan untuk bangkit dan belajar menjadi manusia yang lebih utuh—beriman, terampil, dan mandiri.
Di bawah kepemimpinan Kepala Lapas Kurnia Panji Pamekas, Lapas Kuningan terus menanamkan nilai kemandirian dan produktivitas melalui program pembinaan berjenjang. Mulai dari pembinaan kepribadian hingga keterampilan kerja, semua dirancang agar para WBP tidak hanya kembali ke masyarakat sebagai individu yang lebih baik, tetapi juga siap secara mental dan ekonomi.
“Pembinaan kemandirian adalah tahap lanjutan setelah pembinaan dasar. Kami latih para WBP sesuai potensi dan minatnya, agar mereka keluar dari sini membawa bekal yang nyata,” ujar Kalapas Panji, Rabu (tanggal kegiatan).
Dari Peternakan Sapi hingga Ekspor Rotan
Program pembinaan kemandirian di Lapas Kelas IIA Kuningan mencakup berbagai sektor, mulai dari peternakan, pertanian, kerajinan rotan sintetis, cuci kendaraan, hingga pangkas rambut.
Salah satu yang menonjol adalah program peternakan sapi perah di Lapas Terbuka Palutungan. Di sini, WBP yang telah memenuhi syarat asimilasi dilatih mengelola sapi perah secara profesional. Hasil susunya dipasarkan melalui kerja sama dengan KSU Karya Nugraha Jaya.
Di bidang kerajinan, para WBP juga memproduksi kursi rotan sintetis yang telah menembus pasar ekspor. Kerja sama dengan PT Silcane Cirebon memungkinkan warga binaan tak hanya mendapatkan keterampilan, tetapi juga insentif berupa premi dari jumlah kursi yang berhasil dibuat.
Sementara di sektor pertanian, WBP diajak bercocok tanam memanfaatkan lahan kosong di dalam lapas. Mereka menanam sayuran dan buah seperti kangkung, sawi, terong, hingga anggur. Program ini menjadi bagian dari kontribusi Lapas dalam menjaga ketahanan pangan dan kemandirian ekonomi.
Jasa dan Keahlian yang Membekali Masa Depan
Tak hanya produksi barang, Lapas juga menyediakan pelatihan jasa seperti cuci kendaraan dan pangkas rambut. Kedua program ini tak sekadar memenuhi kebutuhan internal lapas, tapi juga melatih WBP untuk memiliki profesi yang bisa langsung dijalankan pasca-bebas.
“Pemotongan rambut misalnya, selain membantu merapikan penampilan warga binaan, juga membekali mereka dengan skill praktis. Kami sediakan alat dan tempatnya, mereka tinggal tekuni dan kembangkan,” tambah Panji.
Dari Jeruji Menuju Kemandirian
Program pembinaan ini bukan hanya soal keterampilan, tapi juga menyangkut martabat dan kepercayaan diri. WBP diberi ruang untuk berkarya dan berkembang, sebagai manusia yang punya masa depan.
“Kami ingin agar para WBP tidak kembali ke masyarakat dengan tangan kosong. Mereka harus punya bekal, bukan hanya keahlian teknis, tapi juga etos kerja dan rasa percaya diri untuk bangkit,” kata Panji.
Dengan berbagai inovasi pembinaan, Lapas Kelas IIA Kuningan membuktikan bahwa pemasyarakatan bukan hanya soal pembinaan dalam arti administratif, tetapi transformasi kemanusiaan yang sejati. Sebuah ruang kedua untuk hidup yang lebih bermakna.
