KUNINGAN – Gelombang kontestasi Ketua Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Kabupaten Kuningan mulai mengalir deras. Satu per satu tokoh bermunculan, tak sekadar mengambil formulir, tetapi membawa semangat menjadikan olahraga sebagai poros pembangunan karakter dan harga diri daerah.
Di balik formalitas tahapan seleksi, tersirat gairah kolektif yang lebih dalam yaitu cinta pada tanah kelahiran, dibungkus dalam niat memajukan sektor olahraga yang kerap diletakkan di pinggiran.
Para calon yang kini mulai mendeklarasikan diri bukan figur asing. Mereka datang dengan rekam jejak dan kapasitas, tapi yang lebih penting, dengan keyakinan bahwa olahraga bukan soal menang dan kalah semata, melainkan tentang merawat spirit bersama.
“Yang mengambil formulir adalah orang-orang yang secara kapasitas patut kita beri ruang. Mereka datang bukan sekadar menjabat, tapi ingin berbuat,” ujar H. Yusron Kholid, Dewan Pembina IPSI Bima Suci Kuningan.
Di tengah realitas keterbatasan anggaran, para kandidat justru ditantang untuk membuktikan bahwa mereka tak sekadar berharap pada dana hibah pemerintah.
“Saya mengapresiasi sikap para calon yang tidak menggantungkan langkahnya pada bantuan daerah saja, tapi siap menggali sumber sah dari luar. Itu bagian dari kemandirian,” lanjut Yusron.
Ia menekankan pentingnya kapasitas komunikasi dan integritas sebagai modal utama seorang ketua KONI. Sebab, bukan hanya soal membina atlet, tapi juga menjalin sinergi dengan pihak luar, menjaga kepercayaan publik, serta memastikan setiap program berdampak nyata.
Lebih dari itu, KONI bukan sekadar organisasi olahraga. Ia adalah instrumen perekat sosial, pemupuk disiplin, dan panggung pendidikan karakter. “Yang kita butuhkan bukan hanya pemimpin yang paham administrasi, tapi juga punya roh sportivitas, tanggung jawab moral, dan integritas,” katanya.
Dengan jargon “Kuningan MELESAT” Maju, Empowering, Lestari, Agamis, dan Tangguh kompetisi ini diharapkan menjadi bukan hanya perebutan jabatan, tapi juga momentum transformasi. Sebab, dalam tubuh sehat dan semangat sportivitas, ada masa depan daerah yang sedang dibentuk.
Para calon kini menapaki jalur kompetisi, tapi publik menanti bukan siapa yang naik podium, melainkan siapa yang mampu berlari paling jauh untuk membawa olahraga Kuningan ke tingkat yang lebih bermartabat.
“Selamat bertarung, para pecinta olahraga. Di tangan kalian, cinta pada daerah diuji dalam gelanggang yang sesungguhnya,” ungkap Yusron. (red)
