“Makasih, Ibu Bupati… mugi panjang umur, Ema tiasa jalan-jalan deui,” tutur Nenek Enah polos, seolah kursi roda itu adalah sayap baru baginya.
Bunda Ela menggenggam tangan rapuh itu erat. “Ema sing sehat, panjang umur, sareng tiasa langkung nyaman. InsyaAllah, ieu kanggo Ema,” ucapnya penuh kasih.
Kehadiran Bunda Ela bukan sekadar membawa bantuan. Ia membawa ketulusan, doa, dan semangat baru bagi keluarga
Bu Titi. Ia pun meminta pihak Puskesmas melalui bidan desa untuk terus memantau kesehatan keluarga ini, agar setiap kebutuhan medis tidak terabaikan.
Di rumah kecil penuh ujian itu, Bunda Ela menunjukkan bahwa kepedulian adalah bahasa universal. Bahwa seorang pemimpin sejati bukan hanya hadir di ruang rapat, melainkan juga duduk di lantai rumah rakyatnya, menggenggam tangan mereka, dan menguatkan hati yang nyaris patah.(Beng).
