Momentum karnaval budaya juga dimanfaatkan Disdikbud untuk menampilkan berbagai capaian membanggakan. Di antaranya, Indeks Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pendidikan Tertinggi se-Jawa Barat kategori kabupaten, dengan skor 81,18 (Tuntas Madya). Capaian ini menegaskan kualitas layanan pendidikan yang terus meningkat di bawah kepemimpinan U. Kusmana.
Disdikbud juga tercatat meraih penghargaan Pelayanan Publik Terbaik dalam program 100 Hari Kerja Bupati dan Wakil Bupati Kuningan, berdasarkan survei Jamparing Research. Selain itu, sederet prestasi individu turut memperkuat reputasi lembaga, mulai dari Penghargaan Program Pimda Nyawah dari BBPMP Jawa Barat, PNS Berprestasi Kategori Inovatif 2024 dari Bupati Kuningan, hingga Finalis PNS Berprestasi Provinsi Jawa Barat 2024.
Tidak berhenti di situ, inovasi Mini Teater Edukatif (MTE) juga menyabet Penghargaan Inovasi Terbaik se-Jawa Barat dari BBPMP, sementara BBGP Jawa Barat menganugerahkan Kusmana sebagai Kepala Dinas Pendidikan Dedikatif. Penghargaan Kenaikan Pangkat Luar Biasa (KPLB) menjadi Pembina Utama Madya (IV/d) dari BKN RI pun melengkapi daftar panjang pencapaiannya.
“Prestasi ini bukan semata-mata milik saya, tapi milik seluruh insan pendidikan di Kuningan. Kami bekerja bersama, berinovasi bersama, dan terus belajar bersama,” ujar Uu.
Ribuan masyarakat tumpah ruah di sepanjang rute karnaval. Riuh tepuk tangan dan sorak sorai terdengar setiap kali rombongan Disdikbud lewat dengan formasi warna-warni dan koreografi tertata. Bendera, simbol-simbol pendidikan, serta iringan musik tradisional Sunda menambah kemeriahan.
Di antara penonton, banyak yang mengabadikan momen itu lewat ponsel. “Disdikbud luar biasa, paling kompak dan paling kreatif,” ujar seorang warga, sambil bertepuk tangan saat rombongan MTE melintas menampilkan teatrikal bertema literasi.
Kemeriahan itu menjadi bukti nyata bahwa pendidikan dan budaya bukan dua hal yang terpisah. Keduanya justru saling menopang dalam membangun peradaban yang berakar dan berkarakter.
“Pendidikan tanpa budaya ibarat pohon tanpa akar,” kata Uu. menutup pernyataannya. “Dan budaya tanpa pendidikan hanyalah warisan tanpa arah. Di Kuningan, kami berusaha menjahit keduanya agar tumbuh menjadi kekuatan bersama.”
Dengan semangat yang terus menyala, Disdikbud Kuningan menegaskan posisinya bukan hanya sebagai lembaga birokratis, tetapi sebagai motor penggerak utama pendidikan berkarakter yang berpijak pada nilai-nilai budaya lokal. Karnaval Budaya pun menjadi panggung perayaan kolaborasi itu antara guru dan murid, antara tradisi dan inovasi, antara pendidikan dan kemanusiaan. (ali)
