Rana menepis kesan ini hanya soal kader partai maju. “Ini bukan sekadar berebut kekuasaan. Dukungan moril kami karena kebetulan satu partai, lalu ada kesamaan spiritual. Ruhnya ketemu, bahwa KONI harus dibangun,” jelas Rana.
Soal syarat minimal dukungan 4 cabang olahraga (cabor) yang sudah dipenuhi Lena, Rana mengingatkan proses seleksi tak boleh dangkal. “Tidak hanya cabor saja yang jadi penentu. Kemampuan memanajemen KONI secara organisatoris harus jadi ukuran dalam dengar pendapat nanti,” tegasnya.
Ia menantang panitia seleksi harus ketat. “Tanya juga, punya kemampuan enggak mengelola organisasi? Kalau enggak, ya mundur lah,” sindir Rana.
Kehadiran Lena, sambung Rana, justru jadi penyemangat. ‘KONI tidak hanya milik kaum laki-laki.’ Sebagai ketua fraksi terbesar di DPRD Kuningan (9 kursi), ia juga menyiratkan dukungan konkret.
“Kalau nanti Bu Lena terpilih, kami akan gunakan fungsi budgeting untuk mendukung program olahraga rakyat. Ini bukan penyelewengan, tapi untuk rakyat,” jelas Rana
Dengan dukungan politik terbuka dan semangat perubahan yang dikobarkan, Lena Herlina tak lagi sekadar calon Perempuan, ia kini menjadi simbol ujian nyawa bagi tata kelola KONI Kuningan yang dianggap mandek. (red)