Ia menjelaskan, literasi bukan sekadar kemampuan membaca dan menulis, melainkan kecakapan memahami informasi, memilah kebenaran, serta menyimpulkan secara kritis. Sementara numerasi berfungsi melatih logika, analisis, dan keterampilan memecahkan masalah sehari-hari. Adapun karakter menjadi fondasi dari kebermanfaatan ilmu pengetahuan.
“Anak boleh cerdas dan mahir teknologi. Tetapi bila karakternya rapuh, ilmunya tidak akan membawa manfaat,” kata Dian.
Menurutnya, tiga pilar itu harus berjalan beriringan. Kecerdasan tanpa akhlak bisa menyesatkan, sementara karakter tanpa ilmu akan melemahkan. Karena itu, guru harus mengambil peran strategis, tidak hanya di kelas, tetapi juga dalam membentuk peradaban.
Dian berharap workshop tersebut menjadi momentum bagi guru Kuningan untuk terus mengasah kapasitas diri. “Guru adalah pembelajar sepanjang hayat. Kalau guru berhenti belajar, maka murid pun berhenti berkembang,” ucapnya.
Pesan itu ia tutup dengan ajakan agar para guru menjadikan literasi, numerasi, dan karakter sebagai kompas pendidikan Kuningan ke depan yaitu melahirkan generasi tangguh, cerdas, dan berakhlak mulia. (ali)
