Cikalpedia.id – Suara tawa dan teriakan riuh memenuhi udara sore itu. Lapangan desa dipenuhi debu, tanah yang terinjak-injak, dan semangat yang menyala. Di tengahnya, sebuah tali tambang panjang menjadi saksi perjuangan anak-anak bangsa di perayaan kemerdekaan.
Mereka berbaris, menggenggam erat, tubuh condong ke belakang, kaki menancap kuat di tanah. Ada yang tertawa, ada yang meringis menahan sakit, ada pula yang berjuang sekuat tenaga hingga wajahnya memerah.
Dari kejauhan, seorang anak kecil bertanya pada ayahnya yang berdiri menonton.
“Ayah, kenapa mereka mundur? Bukannya kalau mau menang harus maju?”
Sang ayah tersenyum, lalu berlutut agar sejajar dengan anaknya.
“Tidak selalu begitu, Nak. Lihatlah… dalam tarik tambang, yang mundur justru yang menang. Karena kemenangan itu bukan soal melangkah ke depan, tapi soal bertahan dan menarik sampai lawan tak lagi kuat.”