“Buku ini menjadi jembatan pemahaman lebih dalam tentang budaya, tradisi, dan sejarah Kuningan. Harapan kami, generasi mendatang tidak hanya tahu, tapi juga bangga dengan jati dirinya,” ujar Iip.
Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Provinsi Jawa Barat, I Gusti Agung Kim Fajar, menyebut diorama sebagai bentuk arsip hidup yang bisa dikunjungi dan dinikmati masyarakat secara langsung.
“Diorama ini adalah wujud akhir penyelamatan arsip. Ia menjadi bukti visual sekaligus media edukatif tentang memori kolektif daerah,” katanya.
Acara diakhiri dengan pengguntingan pita dan penandatanganan prasasti, dilanjutkan tur keliling Diorama Saba Kuningan bersama Duta Baca Kabupaten Kuningan. (ali)