Guyonan Cak Imin, dalam tradisi pesantren sekalipun, seharusnya tidak kehilangan kepekaan terhadap sejarah dan dinamika gerakan mahasiswa Islam. Sebab guyonan, bila ia tak diberi konteks dan kehati-hatian, dapat berubah menjadi stereotip. Dan ketika stereotip dilegalkan oleh tokoh publik, ia bukan lagi sekadar candaan: ia menjadi framing.
Namun sebagaimana yang Kanda Fahruz tekankan, bahasa adalah pedang bermata dua. Kami percaya bahwa semangat dari pernyataan itu adalah cinta kepada rumah sendiri. Tapi cinta tidak harus selalu ditunjukkan dengan mengkerdilkan rumah orang lain. Karena dalam ukhuwah, kita diajarkan untuk membela saudara kita bukan hanya saat mereka benar, tetapi juga menegur mereka dengan kasih saat mereka keliru.
Kami Siap Melanjutkan Perjuangan Bersama
Atas nama PMII, kami berkomitmen untuk terus bertumbuh bersama bukan hanya dari bawah, tapi juga ke segala arah: ke dalam untuk refleksi, ke luar untuk aksi, dan ke atas untuk visi. Kami tidak ingin terjebak dalam retorika identitas yang mengerdilkan. Kami ingin menjadi bagian dari solusi atas tantangan zaman: krisis iklim, ketimpangan sosial, intoleransi, dan disinformasi.
Dan dalam perjuangan itu, kami tidak bisa berjalan sendiri. PMII dan HMI bukan dua kutub yang saling meniadakan, melainkan dua sayap dari burung yang sama: burung muda Islam yang ingin terbang tinggi di langit kebangsaan. Sejarah telah membuktikan bahwa kolaborasi kita lebih bermakna daripada kompetisi kita.
Dari Mana Kita Tumbuh, Menuju Ke Mana Kita Bergerak
Kami menerima kritik, kami mendengar, dan kami belajar. Kami tidak malu mengakui kekeliruan, karena kami percaya bahwa kematangan organisasi ditentukan bukan oleh kesempurnaan, tetapi oleh keberanian untuk tumbuh.
Maka sekali lagi, dengan segala kerendahan hati: Kami berterima kasih atas ruang dialog ini. Dan kami siap melanjutkan perjuangan bersama. Karena kami percaya, seperti yang dikatakan oleh Cak Nur dan Mahbub Junaidi, “Kita boleh berbeda cara, asal tidak berbeda tujuan.”
Sebagai penutup, Saya ingin menyampaikan satu hal bagi semuanya, “Yang tumbuh dari tanah tak perlu mencaci yang tumbuh dari batu, sebab keduanya tetap tunduk pada hujan yang sama dan bersujud pada langit yang satu.”
Penulis: Novi Tri Mulyanti, Kader PMII Cabang Cirebon