Peserta TDL 2025 tidak hanya datang dari wilayah Jawa Barat. Beberapa pebalap dari provinsi lain dan luar negeri telah mendaftarkan diri. Sebuah capaian tersendiri bagi Kuningan yang mulai dikenal dalam kalender balap sepeda nasional.
Masyarakat sepanjang rute diminta ikut ambil bagian. Tidak hanya menjaga kebersihan dan keamanan lingkungan, tapi juga menunjukkan wajah keramahan khas desa-desa di kaki Ciremai.
Bagi Pemerintah Kabupaten Kuningan, TDL bukan sekadar event olahraga. Ia menjadi instrumen promosi daerah, penggerak UMKM, dan media diplomasi pariwisata.
“TDL adalah jembatan antara tubuh yang sehat dan ekonomi yang bergerak,” ujar dr. Yanuar.
Ajang ini juga dipadukan dengan bazar produk lokal, festival kuliner, dan penampilan budaya di sepanjang etape. Harapannya, kunjungan wisatawan tak hanya datang, tapi tinggal lebih lama, belanja lebih banyak, dan bercerita lebih luas.
Di tengah gempuran digitalisasi dan urbanisasi, Kuningan memposisikan TDL sebagai ruang jeda tempat publik kembali pada raga, pada alam, dan pada kebersamaan.
Jika sepeda melaju dengan irama konstan, maka Kuningan berharap tetap melesat dalam irama pembangunan yang inklusif.
“Bukan hanya finish line yang dituju, tapi masa depan yang dibentuk,” tutup dr. Yanuar. (ali)