Gelombang pertama keberangkatan dilakukan pukul 04.30, disusul gelombang kedua beberapa saat kemudian. Aroma nasi goreng yang masih hangat memenuhi udara pagi di halaman dapur. Setiap kotak berisi bukan hanya makanan, tapi juga tanggung jawab moral, yaitu memastikan generasi kecil Kuningan tumbuh sehat dan berdaya.
Di sela kesibukan, Rendi bercerita bahwa tak jarang mereka menerima ucapan terima kasih dari guru dan orang tua. “Anak-anak senang, katanya nasinya enak. Itu sudah cukup buat kami,” ujarnya lirih.
Program yang diinisiasi pemerintah pusat ini kini menjadi denyut baru di daerah. Di Kuningan, semangat gotong royong terasa nyata, antara dapur, pengantar, sekolah, dan para penerima manfaat. Di balik angka dan laporan statistik, ada kisah kemanusiaan yang menghangatkan tentang mereka yang bangun sebelum fajar, menempuh jalan panjang, demi sepiring nasi yang sampai tepat waktu.
Upaya SPPG Babakanmulya yang harus mengantar ke lebih dari 40 titik setiap hari seharusnya menjadi perhatian dan apresiasi Presiden RI Prabowo Subianto, maupun Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi (KDM). Di tengah keterbatasan sumber daya dan fasilitas, para petugas tetap menjalankan amanat program nasional dengan sepenuh hati.
“Kalau Presiden tahu perjuangan kami, mungkin beliau akan tersenyum,” kata Rendi sambil tertawa kecil. “Kami hanya ingin anak-anak merasakan perhatian yang sama. Karena gizi bukan kemewahan, tapi hak setiap anak.” ujarnya lagi. (Ali)
