Cikalpedia.id – Di sebuah dapur kecil, tepat di atas meja kayu yang mulai keropos, berdirilah tiga tokoh utama yang sedang bersiap memulai hari: Bubuk Kopi, Air Panas, dan Gula Pasir. Mereka akan kembali dipanggil oleh manusia untuk menjalani takdir pagi: menjadi secangkir kopi.
Seperti biasa, Bubuk Kopi merasa paling penting.
“Aku inti dari semuanya,” gumamnya angkuh. “Tanpaku, kau cuma air manis tak berguna.”
Air Panas mendesis pelan. “Tanpaku, kalian berdua hanyalah debu dan kristal yang tergeletak dingin.”
Namun Gula Pasir hanya tersenyum manis. Seperti biasa.
Tak lama, sendok perak datang menjemput. Satu sendok penuh Bubuk Kopi masuk ke dalam cangkir. Disusul guyuran Air Panas yang menggelegak, mengaduk segala yang disentuhnya. Bubuk Kopi mulai larut, meninggalkan ampas hitam di dasar hati cangkir.
Dan akhirnya, dua sendok Gula Pasir ditambahkan. Ia pun tenggelam dalam diam. Tak menimbulkan suara. Tak meninggalkan jejak. Hanya rasa.
“Aku pahit, kuat, jujur,” kata Bubuk Kopi, bangga.
“Aku panas, berani, membangkitkan,” tambah Air Panas.