KUNINGAN — Persoalan klasik limbah kotoran hewan (kohe) di Dusun Palutungan, Desa Cisantana, Kecamatan Cigugur, mulai menemukan titik terang. Setelah bertahun-tahun dikeluhkan warga Desa Pajambon di Kecamatan Kramatmulya yang terdampak aliran limbah dari atas bukit, akhirnya akan terselesaikan.
Anggota DPR RI Fraksi Gerindra, H Rokhmat Ardiyan, yang menginisiasi pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Biogas di dua titik strategis, Desa Cisantana dan Kelurahan Cipari.
Peletakan batu pertama dilaksanakan pada Jumat, (1/8/2025), di Dusun Palutungan. Di lahan seluas 8 x 10 meter itu, instalasi biogas dirancang untuk mengolah limbah kohe menjadi dua hal, pertama gas metana sebagai energi alternatif dan ampas organik yang bisa dimanfaatkan sebagai pupuk.
“Ini adalah perintah langsung Presiden Prabowo, sebagai respon konkret atas keluhan masyarakat,” ujar Rokhmat Ardiyan.
Menurutnya, keberadaan IPAL Biogas bukan sekadar solusi pencemaran lingkungan, tetapi juga strategi pemanfaatan limbah untuk kemandirian energi dan pertanian organik.
IPAL Biogas bekerja dengan sistem tertutup, di mana limbah peternakan diurai oleh bakteri anaerob menjadi gas metana. Gas ini dapat digunakan untuk memasak atau pembangkit sederhana, sementara residunya dapat menjadi pupuk kompos.
Kepala Desa Cisantana, Ono Suratno, menyebut pembangunan ini sebagai langkah “luar biasa” dari wakil rakyat yang tidak hanya bicara di pusat, tetapi terjun langsung ke lapangan. “Limbah kohe dari Palutungan ini memang sudah lama jadi masalah. Apalagi letak geografis kami di atas Desa Pajambon, yang sering kali kena imbas air limbah saat musim hujan,” ujarnya.
Di lokasi peletakan batu pertama turut hadir perwakilan Kementerian Lingkungan Hidup, Sigit; Komisaris PT Puspita Cipta Group, Hj Dian Marina Puspita; Camat Cigugur Yono Rohmansah; Kepala Desa Pajambon Nani Ariningsih; dan perwakilan organisasi lingkungan Sundawani Kuningan.
Bukan hanya soal pengelolaan limbah, pembangunan IPAL ini juga menyentuh agenda besar energi bersih dan ekonomi sirkular. Rokhmat Ardiyan menyatakan komitmennya untuk memperluas model pengelolaan ini ke desa-desa lain di Kuningan. “Kami ingin menjadikan masalah menjadi peluang. Limbah yang dulu mencemari, sekarang bisa jadi sumber energi dan pupuk bagi petani,” kata dia.
Dalam iklim politik yang kerap diwarnai pencitraan, pendekatan Rokhmat Ardiyan yang menyebut langsung nama Presiden dalam proyek ini menunjukkan sinyal kuat bahwa isu lingkungan dan energi bersih mulai masuk ke radar kebijakan tingkat nasional. (ali)

1 comment
Awsome website! I am loving it!! Will be back later to read some more. I am bookmarking your feeds also.