KUNINGAN – Distribusi Program Makan Bergizi Gratis (MBG) masih terkendala teknis. Keterbatasan armada yang dimiliki dapur gizi berpengaruh pada ketepatan waktu diatribusi.
Ketika telat datang, yang menjadi korban adalah pihak sekolah. Jam belajar harus distop untuk mengonsumsi MBG. Padahal dalam skemanya, program MBG harus datang pada jam istirahat.
”Kalau terlambat datang, yang dikorbankan proses pembelajaran. Hal itu sering terjadi,” ujar salah satu guru di Jalaksana kepada Cikalpedia.id, Selasa, (7/10).
Menurutnya, distribusi MBG sudah diatur sesuai jadwal istirahat siswa. Hanya saja dalam pelaksanaannya, kedatangan SPPG atau suplayer MBG sering telat. Hal itu disebabkan oleh jarak dan minimnya armada.
”Anak-anak udah masuk waktu istirahat juga belum datang, ini jelas mengganggu pembelajaran dan sekarang juga belum datang, padahal udah waktu istirahat,” ujarnya.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh guru di Cidahu. Menurutnya, program tersebut tak hanya mengganggu waktu aktivitas pembelajaran, tetapi mengganggu konsentrasi siswa pada saat belajar.
”Siswa jadi ngga fokus, kadang ketika MBG belum datang juga banyak yang nanyain, sedangkan masih proses pembelajaran,” ujarnya.
Pihaknya bersaran, distribusi MBG juga harus menjadi bahan evaluasi, selain tata kelola makanan yang banyak menimbulkan masalah keracunan. Menurutnya, Satgas MBG harus kerja ekstra dan jemput bola persoalan supaya implementasi MBG berjalan sesuai rencana.
”Kalau bisa, waktunya disesuaikan saja. Jangan sampai malah bikin anak-anak kehilangan fokus belajar hanya karena nunggu makanan datang,” imbuhnya. (Icu)