KUNINGAN — Di tengah derasnya arus digital dan gempuran budaya populer, sebuah gerakan lembut namun bermakna mengalir dari SMP Negeri 2 Cigugur. Bertajuk “Dialog Gemericik Masjid,” kegiatan ini bukan sekadar obrolan ringan, tapi gerakan edukatif yang bertujuan menghidupkan kembali ruh masjid sebagai pusat spiritual dan sosial generasi muda.
Acara yang digelar belum lama ini, dibuka langsung oleh Sekretaris Daerah Kabupaten Kuningan, H. Dian Rachmat Yanuar. Dalam sambutannya, Dian menekankan pentingnya membangun masjid yang ramah anak, tanpa kehilangan kesakralan fungsinya sebagai tempat ibadah.
“Anak-anak jangan dilarang bermain di masjid. Tapi ajarkan mereka nilai-nilai ketertiban dan kesucian tempat. Libatkan mereka dalam kegiatan keagamaan dan tanggung jawab sosial, seperti piket kebersihan,” ujar Dian.
Masjid: Titik Temu Ibadah dan Ikhtiar Batin
Dian menyebutkan bahwa masjid harus menjadi tempat yang menyenangkan, tempat anak merasa diterima, bukan ditakuti. Ia menekankan bahwa kegiatan di masjid bisa menjadi media ikhtiar batin dalam menyelesaikan persoalan hidup.
“Ikhtiar lahir saja tak cukup. Kita perlu memperkuat dimensi batin, dan masjid adalah ruang yang ideal untuk itu,” tegasnya.
Sebagai pemantik diskusi, Dian menayangkan video kisah Masyita, hafiz cilik penyandang disabilitas yang mampu menghafal dan melantunkan Al-Qur’an dengan penuh penghayatan. Tayangan ini memantik refleksi dari para siswa.
Mutiara, siswi kelas IX, memberikan tanggapan menyentuh:
“Keterbatasan bukan halangan. Video ini menginspirasi kami untuk terus belajar dan bersyukur.”