Era Internet: Anime Menembus Batas (2000-an – 2010-an)
Masuknya internet dan DVD membuka jalan distribusi global. Naruto, Bleach, dan One Piece menjadi ikon shōnen internasional. Fansub terjemahan buatan penggemar memperluas jangkauan anime secara informal, bahkan ke wilayah yang belum punya lisensi resmi. Konvensi cosplay tumbuh di berbagai kota dunia, dari Jakarta hingga Los Angeles.
Era Streaming: Hyper-Globalisasi dan Sinema Anime (2020-an – Sekarang)
Platform seperti Netflix, Crunchyroll, dan Bstation bukan sekadar menayangkan anime, tapi juga memproduksi karya orisinal. Kolaborasi lintas negara terjadi, seperti Star Wars: Visions yang memadukan waralaba Hollywood dan gaya Jepang. Serial seperti Demon Slayer dan Jujutsu Kaisen memadukan teknologi CGI, koreografi aksi detail, dan musik sinematik, meraih rekor penjualan serta rating.
Anime Kini: Bahasa Visual Dunia
Anime telah melampaui status “hiburan Jepang”. Ia menjadi bahasa visual universal yang memengaruhi fesyen, musik, video game, hingga industri kreatif lintas sektor. Dari jalanan Akihabara di Tokyo hingga panggung Comic-Con di San Diego, anime adalah simbol lintas generasi yang menghubungkan nostalgia masa kecil dengan inovasi digital masa depan.
Perjalanan seratus tahunnya adalah bukti bahwa sebuah medium lokal bisa menjadi fenomena global asal berani berevolusi, beradaptasi, dan terus bercerita. ***