Lantas pertanyaanya, apa yang sebenarnya dipahami Gen Z dan apa yang mereka inginkan dari Pemilu?
Fenomena digitalisasi kaum Gen Z dan menurunnya partisipasi Pemilu merupakan puzzle dalam sejarah demokrasi Indonesia. Fenomena ini harus terus dikelola supaya menghasilkan satu frame wajah demokrasi yang sehat dan lebih baik.
Karena itu, gen Z harus terbimbing menjadi segmen masyarakat terdidik yang berperan besar dalam memperbaiki demokrasi Indonesia ke depan. Gen Z harus terlibat aktif memanfaatkan berkah demokrasi dan teknologi untuk kepentingan bangsa dan negara.
Karena itu, salah satu institusi terdekat kaum Gen Z adalah sekolah. Lembaga pendidikan ini memiliki peran strategis dalam pengembangan pengetahuan politik Gen Z. Sebagai institusi yang berhadapan langsung dan memiliki kewenangan untuk membimbing dan membina, diharapkan mampu mengubah paradigma atau perspektif tentang Pemilu supaya lebih partisipatif.
Salah satu misalnya, pihak sekolah bisa terus memperbaiki sistem pemilihan Ketua OSIS atau Rohis dan memaksimalkan pemberdayaan organisasi ekstra kurikuler. Dua hal itu menyimpan segudang pelajaran demokrasi bahkan politik kepemimpinan. []
Penulis: Maman Sudiaman, Ketua Devisi Perencanaan Data dan Informasi KPU Kabupaten Kuningan
