KUNINGAN – Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Kabupaten Kuningan tengah diguncang krisis kepercayaan. Sejumlah atlet unggulan dari cabang olahraga (cabor) mulai mengajukan surat mutasi ke luar daerah, menyusul mandeknya program pembinaan dan tunjangan selama lebih dari satu tahun terakhir.
Salah satu yang mencuat adalah permohonan mutasi dari Lusia Felia Romauli Sitompul, atlet cabor Atletik binaan PASI Kuningan. Dalam suratnya yang ditujukan kepada Ketua KONI dan Ketua PASI Kuningan, Lusia menyoroti ketidakjelasan program pembinaan dan minimnya dukungan ekonomi bagi atlet.
Lusia bahkan menyebut ingin melanjutkan pembinaan di Kabupaten Bogor, yang dinilai lebih serius dan konsisten dalam mendukung atlet menuju ajang BK Porprov 2026 dan PON 2027.
“Saya ingin pindah bukan karena ingin meninggalkan Kuningan, tapi ingin prestasi saya berkembang. Situasi di sini terlalu tidak pasti,” tulis Lusia dalam suratnya.
Ketua KONI Kuningan, M. Ridho Suganda, memilih irit bicara. Ia berdalih bahwa Pemkab Kuningan belum menganggarkan dana hibah untuk KONI, karena fokus anggaran masih terserap oleh program 100 hari kerja Bupati dan persoalan tunda bayar.
“Bukan KONI yang tidak mengurus atlet, tapi tanya dulu, apakah Pemda serius mengurus atlet? Hibah untuk KONI saja tidak ada,” ujar Ridho.
Ridho mengaku heran para atlet justru menyalahkan KONI, padahal dana pembinaan sejatinya berasal dari Pemerintah Daerah.
“Saya senyum saja kalau ada atlet ancam-ancam saya. Mereka lupa, uang pembinaan bukan dari KONI, tapi dari Bupati,” tegasnya.
Ia menambahkan, pada 2024 KONI Kuningan seharusnya menerima Rp1,06 miliar, namun tak direalisasikan. Padahal kebutuhan anggaran 2024-2025 untuk honor atlet dan persiapan BK Porprov diperkirakan mencapai Rp4 miliar. (ali)

1 comment
Very interesting subject, regards for putting up. “It is much easier to try one’s hand at many things than to concentrate one’s powers on one thing.” by Quintilian.