KUNINGAN – Upaya menciptakan lingkungan sekolah yang ramah anak dan bebas dari tindakan perundungan terus digencarkan. Hal itu dilakukan oleh mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Islam Al-Ihya (Unisa) Kuningan.
Memasuki waktu KKN di Desa Kaduagung Kecamatan Sindangagung, mahasiswa yang terhimpun dari berbagai program studi ini menggelar kegiatan bertajuk “Stop Bullying” kepada anak-anak di SDN Kaduagung.
Kegiatan tersebut menjadi salah satu program yang digagas bidang pendidikan yang bertujuan menumbuhkan kesadaran siswa tentang bahaya bullying sekaligus menanamkan nilai-nilai empati dan saling menghargai.
“Kami berharap edukasi ini tidak berhenti di sini, tetapi menjadi awal dari terciptanya lingkungan sekolah yang lebih sehat, aman, dan mendukung pertumbuhan mental anak,” kata Resa Maulana, selaku Ketua Kelompok 6, Jumat (8/8).
Menurutnya, kegiatan diikuti oleh pelajar kelas 6 SDN Kaduagung yang dikemas secara interaktif dan menyenangkan. Materi disampaikan dengan pendekatan yang dekat dengan dunia anak-anak, seperti permainan kelompok, pemutaran video pendek, hingga diskusi ringan.
“Metode ini terbukti efektif meningkatkan pemahaman siswa serta mendorong keberanian mereka dalam menyampaikan pendapat,” tuturnya.
Pada sesi edukasi, para siswa dikenalkan dengan berbagai bentuk bullying yang sering terjadi di sekolah. Mulai dari bullying verbal seperti mengejek dan memberi julukan, bullying fisik berupa kekerasan seperti memukul atau mendorong, hingga bullying sosial dan cyberbullying yang melibatkan pengucilan serta penyebaran informasi menyakitkan melalui media sosial.
“Antusiasme siswa sangat tinggi. Beberapa di antaranya bahkan dengan terbuka berbagi pengalaman dan menunjukkan kepedulian terhadap teman sekelas,” ungkapnya.
Resa berharap, sekolah dan lingkungan generasi muda di semua tempat harus menjadi ruang aman bagi anak-anak. Semua pihak harus terlibat mewujudkan iklim saling menghormati satu sama lain. Karena itu, komitmen anti bullying harus disampaikan di semua kalangan masyarakat, termasuk anak-anakn sekolah.
“Semua pihak adalah agen perubahan yang menolak segala bentuk perundungan serta aktif menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan penuh empati,” punghasnya. (Icu)
