“Metode ini terbukti efektif meningkatkan pemahaman siswa serta mendorong keberanian mereka dalam menyampaikan pendapat,” tuturnya.
Pada sesi edukasi, para siswa dikenalkan dengan berbagai bentuk bullying yang sering terjadi di sekolah. Mulai dari bullying verbal seperti mengejek dan memberi julukan, bullying fisik berupa kekerasan seperti memukul atau mendorong, hingga bullying sosial dan cyberbullying yang melibatkan pengucilan serta penyebaran informasi menyakitkan melalui media sosial.
“Antusiasme siswa sangat tinggi. Beberapa di antaranya bahkan dengan terbuka berbagi pengalaman dan menunjukkan kepedulian terhadap teman sekelas,” ungkapnya.
Resa berharap, sekolah dan lingkungan generasi muda di semua tempat harus menjadi ruang aman bagi anak-anak. Semua pihak harus terlibat mewujudkan iklim saling menghormati satu sama lain. Karena itu, komitmen anti bullying harus disampaikan di semua kalangan masyarakat, termasuk anak-anakn sekolah.
“Semua pihak adalah agen perubahan yang menolak segala bentuk perundungan serta aktif menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan penuh empati,” punghasnya. (Icu)