KUNINGAN – Bocornya draft mutasi pejabat eselon di Kabupaten Kuningan menyisakan tanda tanya besar, sejauh mana kebenaran isi draft tersebut, dan apa motif dibaliknya.
Anggota DPRD Kuningan, Rana Suparman mengatakan, apabila sekitar 60 persen dari isi draft tersebut disebut-sebut akurat. Jika benar, maka kebocoran ini bukan sekadar isu pinggiran, melainkan gambaran awal dari arah politik birokrasi yang sedang disusun oleh Bupati terpilih, Dian itu adalah mantan Sekda yang paham betul jeroan struktur ASN di pemerintahan.
Namun, Rana juga menyebut, sisanya yang 40 persen justru sengaja ‘diselipkan’ untuk menutupi kebocoran sebenarnya, untuk menciptakan kesan bahwa bocoran itu tidak valid. Pola klasik untuk mengalihkan sorotan publik.
Isu lebih dalam muncul apakah mutasi ini bagian dari upaya penataan birokrasi berdasarkan visi-misi kepala daerah, atau justru manifestasi dari politik balas dendam terhadap para kompetitor Pilkada lalu.
“Kalau mutasi digunakan sebagai balas dendam, itu artinya Bupati tengah membangun antitesis terhadap kekuatan politik lawan yang dulu berseberangan,” ungkap Rana.
Rana mengaku masih memantau dinamika ini. Padahal, keberadaan fraksi-fraksi di DPRD Kuningan yang sebagian besar adalah pengusung lawan politik Bupati sekarang tak bisa dinafikan dari proses legislasi dan anggaran daerah.
“Kalau pendekatannya cuma politik, ya siap-siap aja hiruk-pikuk politik makin tak karuan,” tambahnya.
Dalam pandangan ideal, lanjut Rana, mutasi semestinya menjadi alat untuk menyambung visi-misi kepala daerah dengan kemampuan birokrasi.
“Bupati harusnya tahu siapa yang mampu mewujudkan target-targetnya. Dan Pak Dian bukan orang asing, beliau ikut membentuk struktur ASN baik eselon 2,3 dan 4 sebelumnya,” ujar Rana.
Menurut Rana, bila seseorang selama ini menunjukkan kinerja baik, dalam LKPJ, realisasi APBD, hingga capaian program, namun justru digeser hanya karena faktor dukungan politik di Pilkada lalu, publik pasti bisa membaca motifnya.
“Orang bisa menilai oh ini karena prestasi, atau oh ini cuma bagi-bagi kekuasaan,” kata Rana