KUNINGAN – Lajur utama Jalan Siliwangi, Minggu (5/10/2025), seolah menjadi lautan manusia yang berpadu warna dan suara. Di antara puluhan rombongan peserta yang ikut memeriahkan Karnaval Budaya Kuningan, penampilan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Kuningan mencuri perhatian publik dikarenakan mengerahkan massa terbanyak. Dengan jumlah peserta hampir mencapai 3.000 orang, Disdikbud tampil sebagai kontingen terbanyak dan terpanjang dalam sejarah peringatan Hari Jadi Kuningan ke-527.
Rombongan besar itu bukan sekedar parade seremonial. Di bawah tema “Pendidikan Ngarojong Budaya, Budaya Ngawujudkeun Karakter”, barisan Disdikbud memamerkan semangat kolektif seluruh insan pendidikan di Kuningan. Mereka datang dari berbagai satuan pendidikan dan lembaga mitra, mulai dari pejabat eselon III dan IV, para subkoordinator dan korwil, penilik, pamong budaya, hingga organisasi mitra pendidikan seperti Dewan Pendidikan, PGRI, MKKS SMP, K3S, IGTKI, dan HIMPAUDI. Semua menyatu dalam satu gerakan besar yang menegaskan hubungan erat antara pendidikan dan kebudayaan lokal.
“Ini bukan sekadar karnaval. Ini adalah panggung besar untuk menunjukkan bahwa pendidikan tidak bisa lepas dari akar budaya,” ujar Kepala Disdikbud Kuningan, U. Kusmana, S.Sos., M.Si, ketika ditemui seusai karnaval.
Penampilan Disdikbud kali ini bukan hanya parade barisan panjang. Di setiap segmen, penonton disuguhkan atraksi tematik yang menggambarkan program unggulan pendidikan berkarakter di Kabupaten Kuningan. Salah satunya adalah Gerbang Mudikku, program payung yang berisi tiga inisiatif besar yaitu Pimda Nyawah (Pimpinan Daerah Menyapa Siswa di Sekolah), Gerbang Berkah (Gerakan Membangun Kebersamaan yang Agamis di Sekolah), dan MTE (Mini Teater Edukatif).
Pimda Nyawah menghadirkan pimpinan daerah turun langsung ke sekolah untuk memberi motivasi dan menyerap aspirasi peserta didik dan tenaga pendidik. Gerbang Berkah menumbuhkan nilai spiritual dalam aktivitas belajar-mengajar, sementara MTE menjadi sarana pembelajaran berbasis film yang interaktif. Hingga September 2025, program MTE sudah dikunjungi 27.189 peserta, menjadikannya salah satu inovasi pendidikan paling diminati di Jawa Barat.
Selain itu, Disdikbud juga mengusung tema “Sekolah Keren, Pendidikan Melesat” yang memamerkan sederet inovasi berkelanjutan, seperti Rehabilitasi Ruang Kelas, Pagiku Cerahku (gerakan sapa pagi antara guru dan siswa), Rumah Guru (wadah peningkatan kompetensi dan akhlak guru), English Day, dan Muatan Lokal Gunung Ciremai, program yang mengintegrasikan kearifan lokal dan pelestarian lingkungan ke dalam kurikulum sekolah.
Setiap program diterjemahkan dalam bentuk atraksi budaya, siswa menari dengan busana adat, guru memerankan adegan teatrikal pendidikan, hingga kelompok pamong budaya menampilkan kolaborasi seni tradisi. Semuanya dirangkai dalam narasi visual yang memadukan pendidikan, seni, dan kearifan lokal.
Kadisdikbud Uu menegaskan, partisipasi besar ini merupakan wujud kekompakan dan komitmen seluruh jajaran pendidikan di Kuningan. “Keterlibatan luar biasa ini adalah refleksi semangat kolektif. Pendidikan yang kuat harus berpijak pada budaya lokal yang luhur. Inilah bentuk nyata pendidikan berkarakter,” ujarnya.
Ia juga menyampaikan apresiasi kepada seluruh jajaran Disdikbud Kuningan, mulai dari sekretaris dinas, para kabid, kasi, kasubag, hingga staf lapangan, serta para mitra pendidikan yang telah berperan aktif. “Saya ucapkan terima kasih kepada semua insan pendidikan, kepala sekolah, guru, siswa, serta masyarakat yang telah memberikan dukungan luar biasa bagi kemajuan pendidikan di Kuningan,” tambahnya.
Momentum karnaval budaya juga dimanfaatkan Disdikbud untuk menampilkan berbagai capaian membanggakan. Di antaranya, Indeks Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pendidikan Tertinggi se-Jawa Barat kategori kabupaten, dengan skor 81,18 (Tuntas Madya). Capaian ini menegaskan kualitas layanan pendidikan yang terus meningkat di bawah kepemimpinan U. Kusmana.
Disdikbud juga tercatat meraih penghargaan Pelayanan Publik Terbaik dalam program 100 Hari Kerja Bupati dan Wakil Bupati Kuningan, berdasarkan survei Jamparing Research. Selain itu, sederet prestasi individu turut memperkuat reputasi lembaga, mulai dari Penghargaan Program Pimda Nyawah dari BBPMP Jawa Barat, PNS Berprestasi Kategori Inovatif 2024 dari Bupati Kuningan, hingga Finalis PNS Berprestasi Provinsi Jawa Barat 2024.
Tidak berhenti di situ, inovasi Mini Teater Edukatif (MTE) juga menyabet Penghargaan Inovasi Terbaik se-Jawa Barat dari BBPMP, sementara BBGP Jawa Barat menganugerahkan Kusmana sebagai Kepala Dinas Pendidikan Dedikatif. Penghargaan Kenaikan Pangkat Luar Biasa (KPLB) menjadi Pembina Utama Madya (IV/d) dari BKN RI pun melengkapi daftar panjang pencapaiannya.
“Prestasi ini bukan semata-mata milik saya, tapi milik seluruh insan pendidikan di Kuningan. Kami bekerja bersama, berinovasi bersama, dan terus belajar bersama,” ujar Uu.
Ribuan masyarakat tumpah ruah di sepanjang rute karnaval. Riuh tepuk tangan dan sorak sorai terdengar setiap kali rombongan Disdikbud lewat dengan formasi warna-warni dan koreografi tertata. Bendera, simbol-simbol pendidikan, serta iringan musik tradisional Sunda menambah kemeriahan.
Di antara penonton, banyak yang mengabadikan momen itu lewat ponsel. “Disdikbud luar biasa, paling kompak dan paling kreatif,” ujar seorang warga, sambil bertepuk tangan saat rombongan MTE melintas menampilkan teatrikal bertema literasi.
Kemeriahan itu menjadi bukti nyata bahwa pendidikan dan budaya bukan dua hal yang terpisah. Keduanya justru saling menopang dalam membangun peradaban yang berakar dan berkarakter.
“Pendidikan tanpa budaya ibarat pohon tanpa akar,” kata Uu. menutup pernyataannya. “Dan budaya tanpa pendidikan hanyalah warisan tanpa arah. Di Kuningan, kami berusaha menjahit keduanya agar tumbuh menjadi kekuatan bersama.”
Dengan semangat yang terus menyala, Disdikbud Kuningan menegaskan posisinya bukan hanya sebagai lembaga birokratis, tetapi sebagai motor penggerak utama pendidikan berkarakter yang berpijak pada nilai-nilai budaya lokal. Karnaval Budaya pun menjadi panggung perayaan kolaborasi itu antara guru dan murid, antara tradisi dan inovasi, antara pendidikan dan kemanusiaan. (ali)