Cikalpedia
Cerpen

Dua Ibu di Tengah Asap Demo

Mereka sama-sama menggenggam ponsel, sama-sama menahan napas, sama-sama berdoa.

Sore itu, hujan tiba-tiba turun, membuyarkan kericuhan. Mahasiswa berlarian mencari tempat berteduh, polisi menurunkan gas air mata. Dalam kekacauan itu, Dimas terjatuh, hampir terinjak massa. Sebuah tangan terulur cepat, menariknya ke pinggir jalan.

“Dek, hati-hati!” suara tegas itu datang dari seorang polisi muda.

Dimas menoleh, dan sejenak bertemu tatapan Andika. Mereka tidak saling kenal, tapi dalam detik singkat itu, keduanya saling mengangguk—sebuah pengakuan diam-diam bahwa mereka sama-sama anak dari ibu yang sedang cemas di rumah.

Malamnya, Bu Rini menerima pesan singkat: “Bu, aku aman. Sudah pulang ke kos.” Air matanya tumpah, rasa lega meluruhkan segala ketegangan.

Di rumah lain, Bu Ratna menerima telepon dari anaknya: “Bu, tugas selesai. Semua terkendali. Aku juga aman.” Ia pun menangis dalam syukur.

Dua ibu, berbeda rumah, berbeda anak, berbeda seragam, tapi sama-sama berdoa dengan harapan sederhana: anak mereka pulang dengan selamat.

Sementara di layar televisi, berita terus memutar tentang kisruh tunjangan DPR. Para pejabat berdebat soal angka, sementara di balik layar, ada jutaan ibu yang hanya ingin anak-anak mereka tetap hidup dan kembali ke rumah. (Beng).

Hanya Fiksi sembari Ngopi by Bengpri

Related posts

Cegah Pernikahan Dini, KUA Japara Gelar Bimbingan Remaja Usia Sekolah

Cikal

CSR BJB Bantu Truk Sampah, Bupati Kuningan Ingatkan Tanggung Jawab Kolektif

Alvaro

Dari Santunan Ojol ke Janji Infrastruktur: Penanda Hari Jadi Kuningan Dirayakan Sederhana

Alvaro

Leave a Comment