Arief menilai, kritik publik selama ini terlalu menyoroti direktur PDAU, sementara akar persoalan struktural di dalam tubuh perusahaan justru terabaikan.
“Masih terlalu mendiskreditkan direktur. Padahal sudah beberapa kali ganti direktur, tapi PDAU tak juga maju. Dalam sejarah revolusi, Bung Karno bilang: Beri saya sepuluh pemuda, maka saya akan mengguncang dunia! Artinya, bukan hanya kepemimpinan yang penting, tapi spesifikasi tim juga berpengaruh besar,” tegasnya.
Arief yang juga memiliki pengalaman bekerja di perusahaan multinasional Holywings ini menilai perlu adanya evaluasi holistik terhadap PDAU. Menurutnya, membenahi PDAU dengan sekadar mengganti direktur atau mencari pola bisnis baru itu solusi yang dangkal.
“Harus ada evaluasi menyeluruh mulai dari sistem kerja, SDM, hingga tata kelola. Pemkab harus membuka telinga lebar-lebar terhadap berbagai masukan, bahkan proaktif mencari pandangan objektif dari banyak pihak,” sarannya.
Lebih jauh, Arief menilai figur yang cocok memimpin PDAU haruslah dari kalangan generasi muda yang adaptif terhadap perubahan zaman.
“PDAU butuh sosok milenial atau Gen Z, bukan dari generasi lama atau pensiunan. Generasi muda terbukti adaptif dan kreatif. Lihat saja contoh pengusaha lokal seperti Kang Jono, J&J, Zamzam Pool, hingga Woodland. mereka bisa sukses dari nol karena mampu membaca zaman,” ungkapnya.
Menutup pernyataannya, Arief menyebut bahwa PDAU sesungguhnya memiliki modal besar untuk bangkit jika dikelola dengan profesional.
“Objek wisata yang sudah tersedia itu sebenarnya aset luar biasa dari masyarakat Kuningan. Tinggal bagaimana kita mengelola dan mengoptimalkannya dengan semangat baru dan cara kerja yang lebih modern,” pungkasnya. (Icu)

1 comment
Parah, analisa dangkal, tidak komprehensif, tidak by data, malu²in almamater…
Kasian nama unisa dibawa-bawa