“Di pondok, santri ditempa dengan rutinitas spiritual yang ketat. Mereka shalat berjamaah, membaca Al-Qur’an, berdzikir, mengaji kitab kuning, dan menjalani berbagai latihan kemandirian. Hal-hal ini justru membentuk pribadi tangguh dan berakhlak,” kata Azfa.
Ia menegaskan, Trans7 mestinya mampu menampilkan potret pesantren secara utuh dan berimbang, bukan sepotong-sepotong yang bisa menimbulkan salah persepsi publik. “Media penyiaran punya tanggung jawab moral untuk menghadirkan narasi yang mencerdaskan, bukan memecah,” tegasnya.
Lebih jauh, Azfa berharap kejadian ini menjadi pelajaran penting bagi seluruh lembaga penyiaran agar lebih berhati-hati dalam mengangkat tema-tema keagamaan dan sosial. Media, kata dia, semestinya menjadi jembatan pemahaman, bukan sumber kegaduhan.
“Trans7 dan media lain harusnya mengangkat pesantren sebagai kekuatan sosial yang bisa memberi solusi bagi masyarakat. Jangan malah menimbulkan kesalahpahaman. Media berperan besar membangun kohesi sosial dan memperkuat nilai-nilai moral bangsa,” pungkasnya. (ali)
