KUNINGAN – Di tengah ratusan peserta Ujian Kenaikan Tingkat (UKT) Perguruan Baroedak Silat Sekolah (PBSS) Pencak Silat Klub Bersatu Kuningan, ada satu sosok yang mencuri perhatian. Dia bukan anak sekolah, melainkan seorang guru olahraga yang memilih untuk menguji kemampuannya bersama para muridnya sendiri.
Mega Dapira (28), guru MI PUI Kramatmulya yang juga pelatih bela diri di sekolahnya, tak mau ketinggalan mengikuti ujian kenaikan sabuk dari Biru (Ksatria Madya Elang II) ke Hijau (Ksatria Madya Elang III). Padahal, dia sudah punya segudang prestasi, mulai dari juara tingkat Jawa Barat hingga nasional.
Mega sudah menekuni pencak silat sejak SMPN 1 Jalaksana dan semakin matang saat di SMAN 3 Kuningan. Meski kini berstatus ibu satu anak, semangatnya untuk terus belajar tak pernah pudar.
“Saya ikut UKT bareng murid-murid saya karena tidak mau ketinggalan tingkatan sabuk dan ilmu terbaru pencak silat. Saya ingin tetap sehat dan terus berkembang di PBSS Kuningan,” ujarnya penuh semangat.
UKT yang digelar di SMKN 1 Kuningan, minggu (25/5/2025) ini diikuti ratusan peserta dari berbagai tingkatan sabuk. Meski jumlahnya lebih sedikit dari biasanya (kurang dari 200 peserta), antusiasme tetap tinggi.
“Ini program rutin untuk kaderisasi. Pesertanya dari berbagai Satuan Latihan (Satlat) sekolah, termasuk senior seperti Bu Mega,” jelas Ketua Panitia, M. Mickad.
Kisah Mega Dapira membuktikan bahwa belajar tidak mengenal usia atau status. Meski sudah jadi pelatih dan pernah meraih gelar Pesilat Terbaik di Kejurnas Bekasi Open, ia tetap rendah hati dan mau terus mengasah kemampuan.
“Jangan pernah merasa paling pintar. Ilmu terus berkembang, dan kita harus terus belajar,” pesannya. (red)
