Cikalpedia
”site’s ”site’s
Jabar

Hasil Rakor MBG Jabar: Mandat Baru bagi Kepala Daerah

Nampak Bupati Kuningan hadir dalam Rakor MBG Tingkat Jawa Barat. (Istimewa)

BANDUNG – Aula Gedung Sate pagi itu tampak lebih sibuk dari biasanya. Para kepala daerah dari seluruh penjuru Jawa Barat berkumpul, membawa catatan mengenai satu agenda besar nasional yang tengah menjadi sorotan itu adalah Makan Bergizi Gratis (MBG). Rapat Koordinasi (Rakor) ini bukan sebatas seremoni sosialisasi, melainkan ajang “ketok palu” bagi percepatan tata kelola program yang kini dipayungi oleh Peraturan Presiden Nomor 115 Tahun 2025.

Rakor yang dipimpin langsung oleh Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan ini mempertegas bahwa MBG bukan lagi sekadar program sosial pembagian makanan. Di balik piring-piring bernutrisi itu, terdapat mesin ekonomi raksasa yang siap memutar roda kesejahteraan di akar rumput Jawa Barat.

Zulkifli Hasan mengawali arahannya dengan nada tegas. Ia meminta para bupati dan wali kota tidak mempersempit makna MBG. Menurutnya, dengan target 82,9 juta penerima manfaat secara nasional, program ini adalah instrumen strategis untuk mengendalikan inflasi pangan dan menggerakkan ekonomi rakyat.

“Konsumsi pangan akan terjadi secara serentak dan masif. Di sinilah peran daerah menjadi kunci. Jika suplai tidak dikelola dengan baik, dampaknya bisa memicu gejolak harga. Tapi jika dikelola, ini adalah pasar raksasa bagi petani kita,” ujar Zulkifli.

Data dari Badan Gizi Nasional (BGN) menempatkan Jawa Barat sebagai “ujung tombak” nasional. Hingga Desember 2025, provinsi ini telah mendirikan 4.144 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) dari target 5.000 unit. Dengan capaian 82 persen, Jawa Barat menjadi wilayah dengan progres paling agresif di Indonesia.

Kepala BGN, Dadan Hindayana, memaparkan angka yang cukup mencengangkan. Potensi perputaran dana MBG di Jawa Barat diprediksi mencapai Rp 54 triliun per tahun. Sekitar 70 persen dari angka tersebut dialokasikan khusus untuk pembelian bahan baku pangan lokal, mulai dari beras, telur, daging ayam, ikan, hingga sayur-mayur.

Baca Juga :  Kuningan Tuan Rumah Porpemda XV Jawa Barat, 2.357 Atlet Siap Bertanding

“Ini adalah uang untuk menggerakkan produksi pangan rakyat, bukan sekadar belanja rutin pemerintah,” tegas Dadan.

Logikanya sederhana namun massif, setiap SPPG membutuhkan pasokan rutin setiap hari. Pola ini menciptakan pasar yang sangat stabil bagi petani, peternak, dan nelayan di sekitar lokasi pelayanan. Tidak hanya soal pangan, MBG di Jawa Barat juga diproyeksikan menyerap sekitar 235 ribu tenaga kerja. Rata-rata satu SPPG mempekerjakan 47 orang, mulai dari juru masak hingga tenaga distribusi.

Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi menangkap peluang ini sebagai kompensasi atas keterbatasan fiskal daerah. Ia menekankan agar dana puluhan triliun ini tidak jatuh ke tangan pemodal besar. “Rantai pasoknya harus pendek. Pangan harus segar dari petani sekitar, harga pasti, dan ekonomi desa bergerak,” ungkapnya. Langkah konkret yang didorong adalah optimalisasi lahan tumpangsari di area PTPN serta penguatan Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih sebagai mitra utama penyedia bahan baku.

Namun, di tengah akselerasi kuantitas, isu keamanan pangan membayangi. Percepatan pembangunan SPPG harus dibarengi dengan standar kesehatan yang ketat. Kepala BGN melaporkan tren positif tentang kasus keracunan makanan di lingkungan program menurun drastis, dari 21 kasus pada September menjadi hanya satu kasus hingga pertengahan Desember 2025.

Related posts

94 Bunda PAUD Desa Dikukuhkan, Ika Siti Rahmatika Pamit dengan Haru

Cikal

Camat Kramatmulya Nilai Program Kuningan Caang Tingkatkan Kenyamanan Warga

Cikal

Madrasah Kebangsaan Pemuda Muhammadiyah Perkokoh Semangat Negarawan

Cikal

Leave a Comment