“Bukan sebatas formalitas politik. Ini soal pengabdian, tentang bagaimana partai kembali dipimpin sosok yang tidak hanya kuat secara organisasi, tapi juga emosional menyatu dengan sejarah bangsa,” ujar Zul melalui pesan Whatsappnya. Ia hadir bersama Sekretaris DPC Tresnadi dan Bendahara DPC Lena Herlina.
Kongres VI ini juga menjadi panggung konsolidasi menjelang Pilkada 2025. Dalam berbagai pembahasan internal, isu regenerasi dan strategi pemenangan di daerah mengemuka. Namun semua seolah teredam oleh satu peristiwa besar, yaitu kembalinya Megawati, dan pembebasan Hasto.
“Ini bukan soal individu. Ini simbol bahwa partai tidak tunduk pada tekanan, tidak takut terhadap kriminalisasi,” kata Nuzul Rachdy menegaskan.
Seusai perhelatan, Megawati tak banyak bicara. Tapi ekspresinya cukup bercerita bahwa PDIP akan tetap berdiri di garis depan ideologi kerakyatan. (ali)