Ia menambahkan, sejatinya sumber pupuk organik sudah tersedia di lahan pertanian itu sendiri. Sisa-sisa tanaman, seperti jerami padi di sawah, mengandung unsur hara yang bisa dimanfaatkan kembali melalui proses fermentasi.
HKTI Kuningan juga menyinggung kondisi geopolitik global sebagai faktor eksternal krisis pupuk. Negara pemasok bahan baku pupuk kimia seperti Rusia dan Ukraina kini tengah berperang, yang menyebabkan gangguan rantai pasok dan lonjakan harga.
“Maka kami tawarkan solusi alternatif berbasis bioteknologi. Ini waktunya para petani Kuningan mandiri dalam urusan pupuk,” kata Tio.
Petani Sambut Positif Program Saba Desa
Program Saba Desa mendapatkan sambutan hangat dari para petani. Banyak di antara mereka yang menyatakan rasa terima kasih karena merasa didampingi di tengah tekanan ekonomi akibat kelangkaan pupuk dan naiknya harga bahan pertanian.
“HKTI hadir di saat yang tepat. Saat banyak petani bingung dan kesulitan, mereka datang bukan hanya memberi solusi, tapi juga semangat baru untuk tetap menanam,” ujar salah seorang petani di Kecamatan Darma.
HKTI Kuningan bertekad menjadikan program ini sebagai agenda berkelanjutan, agar seluruh wilayah pertanian di Kuningan dapat merasakan manfaat dari pertanian organik dan ramah lingkungan. Hanyen menegaskan, ini bukan hanya tentang bertani, tetapi juga menata ulang cara pandang terhadap ketahanan pangan dan kedaulatan petani. (ali)