Cikalpedia
Napak Tilas

Jejak Dewa dan Pohon Langka di Sagarahiyang

Pj Bupati Napak Tilas sekaligus penenaman pohon di situs sagarahiang

KUNINGAN — Langkah pelestarian alam dan budaya berpadu dalam satu napas di Desa Sagarahiyang, Kecamatan Darma. Dalam kegiatan bertajuk Napak Tilas Leluhur Kuningan, ratusan pohon langka ditanam di dua situs sakral: Situs Ciarca dan Situs Hulu Lingga.

Acara inisiatif dari komunitas Saung Kopi Hawwu itu dihadiri langsung oleh Penjabat Bupati Kuningan, Raden Iip Hidajat, yang menyebut penanaman pohon di kawasan situs leluhur sebagai langkah “menanam doa, menanam harapan.”

“Kita sudah menikmati alam luar biasa dari Gunung Ciremai. Kini, saatnya kita memberi kembali. Menanam pohon adalah cara menjaga keseimbangan alam,” ujar Iip, Senin lalu.

Sagarahiyang: Jejak Dewa dan Peradaban Tua

Sagarahiyang bukan sekadar desa. Dalam catatan sejarah dan keyakinan lokal, nama ini berasal dari gabungan kata Sagara (lautan) dan Hiang (Dewa), yang dipercaya sebagai tempat bersemayamnya para dewa di masa kepercayaan kuno Sangiang Windu Darma.

Tak kurang dari 48 situs purbakala tersebar di kawasan ini. Desa ini diyakini sebagai salah satu yang tertua di Tatar Pasundan, sejajar dengan kawasan bersejarah lain seperti Gunung Tilu, Karangkancana, dan Cipari.

“Ini warisan peradaban yang luar biasa. Kuningan punya budaya masa lalu yang harus kita jaga seperti cagar jiwa,” tegas Iip.

Warisan Budaya dan Wisata Edukasi

Dalam sambutannya, Iip menekankan pentingnya merawat situs sebagai bagian dari identitas budaya dan pendidikan sejarah bagi generasi muda.

“Saya ke sini ingin melihat langsung bagaimana situs ini dirawat. Ini sudah ditetapkan sebagai cagar budaya, jadi harus dilindungi dan diberdayakan. Anak-anak harus tahu sejarah daerahnya,” katanya.

Penanaman pohon di kawasan situs dipercaya menjadi simbol keselarasan antara manusia, alam, dan warisan leluhur.

Baca Juga :  Iwan Bule Pulang Kampung : “Ini Tanah Leluhur, Semua Warga di Sini Saudara Saya”

Kegiatan ini menjadi momentum kolaboratif antara masyarakat, komunitas, dan pemerintah daerah untuk memperkuat nilai-nilai ekologis dan spiritual yang dimiliki Kuningan. Sebuah napak tilas bukan hanya untuk mengenang, tetapi juga merawat yang diwariskan. (ali)

Related posts

Mandirancan Deklarasi ODF, Kuningan Makin Dekat Jadi Kabupaten Bebas BAB Sembarangan

Cikal

Kader Tak Dukung Dian-Tuti, Gerindra: Itu Makar, Harus Diamputasi!

Cikal

Dana Miliaran KORPRI Kuningan Dipertanyakan, LSM Frontal Desak Audit

Cikal

Leave a Comment