Namun, tak semua aksi berakhir damai.
“Malam harinya masih ada yang rusuh. Tapi kami tetap menahan diri. Tindakan tegas adalah pilihan terakhir. Kami ingin menunjukkan bahwa Brimob juga punya wajah humanis,” ungkapnya dalam podcast tersebut.
Kini, kisah Rajawali 4 tak hanya hidup dalam kenangan para alumni, tetapi juga tertulis dalam buku “Brimob Penjaga Negeri” yang ditulis Harry. Dukungan dari Kapolri, Dankor Brimob, hingga Menteri Pertahanan Prabowo Subianto yang pernah menjadi Danjen Kopassus menguatkan legitimasi sejarah ini.
“Banyak dari kami yang kini mengabdi sebagai pendidik, relawan, dan pengembang taktik tempur. Semangat ‘Pemburu’ itu hidup, bahkan di luar medan,” tuturnya
Di ujung wawancara, Hari berharap kisah Rajawali 4 bisa masuk dalam narasi resmi sejarah Polri, bukan sekadar nostalgia para veteran.
“Banyak yang mengaku lulusan ‘Pemburu’, meski bukan asli Batujajar. Tapi kalau itu membuat mereka bangga, itu sudah cukup. Artinya semangat kami menular,” tutupnya.
Diskursus kali ini bukan sekadar refleksi Hari Bhayangkara, melainkan pengingat bahwa di balik tameng dan senjata, ada nilai, ada dedikasi dan yang terpenting, ada cerita yang tak boleh hilang. (red)
Sumber Wawancara : https://www.youtube.com/@diskursusnet