Bupati menambahkan, koperasi yang aktif dan sehat akan membantu menyelesaikan tiga masalah besar desa: kemiskinan, pengangguran, dan stagnasi ekonomi.
Puncak Harkopnas Kuningan turut diwarnai dengan penghargaan bagi koperasi dan tokoh inspiratif, bantuan sosial, hingga kampanye Gerakan Bangga Berkoperasi. Sejumlah koperasi seperti KPRI Guru Cilimus, KPRI Sehat, dan Kowabri Kuningan menerima apresiasi atas kinerja dan inovasi.
Selain itu, digelar pula pelatihan kewirausahaan untuk 30 pelaku UMKM, donor darah bersama PMI dan Polres, serta senam massal yang menyedot ratusan peserta. Acara juga berhasil menghimpun donasi Bulan Dana PMI sebesar Rp3,8 juta.
“Koperasi tidak boleh stagnan. Kita butuh literasi, inovasi, dan regenerasi,” ujar Kepala Diskopdagperin Kuningan, Trisman Supriatna, M.Pd.
Saat ini, Kuningan memiliki 1.189 koperasi, dengan 929 di antaranya aktif. Sisanya dalam proses revitalisasi. Pemerintah daerah bersama Dekopinda berkomitmen menjadikan koperasi sebagai tulang punggung ekonomi lokal yang inklusif dan adaptif.
“Kopdeskel adalah cara kita mengembalikan ekonomi ke tangan rakyat. Dari desa, oleh rakyat, untuk Indonesia,” tutup Bupati. (ali)