“Kita masih menghadapi praktik politik uang, pemaksaan pilihan, dan rendahnya partisipasi publik. Tapi, kesadaran kolektif untuk memperbaiki sistem demokrasi terus meningkat,” ujarnya.
Di hadapan para kader HMI, Bagja mendorong agar organisasi mahasiswa ini mengambil peran strategis sebagai motor perubahan demokrasi.
“Kader HMI harus menjadi pionir demokrasi. Bukan hanya pemilih pasif, tapi juga pengawal aktif dalam proses demokratisasi di tingkat lokal maupun nasional. Kampanye tolak politik uang harus terus digaungkan,” tegasnya.
Rahmat Bagja juga menyoroti antusiasme peserta yang datang dari luar daerah. Ia menyebut Kuningan memiliki potensi besar dalam mengembangkan demokrasi yang sehat.
“Peserta dari luar Kuningan lebih dari 30 orang. Ini menunjukkan bahwa Kuningan punya magnet tersendiri dalam membangun kultur demokrasi yang kuat,” pungkasnya. (ali)