Di halaman masjid terdapat dua sumur kembar, yang dipercaya menyimpan nilai historis dan spiritual.
Yang tak kalah unik, di masjid ini tidak ada kotak amal. Jamaah yang ingin bersedekah cukup meletakkannya di dekat mimbar imam salat, sebuah tradisi sederhana yang masih terjaga hingga kini.

Selain sebagai tempat ibadah, masjid ini menjadi ruang berkumpulnya jamaah dari berbagai daerah. Setiap tanggal 11 menurut kalender Jawa, digelar Tradisi Manakiban, yang rutin dihadiri ratusan orang.
Berbeda dengan masjid besar lain di Cirebon, perayaan Maulid Nabi di sini berlangsung sederhana. Tidak ada perayaan besar-besaran, hanya pengajian dengan suasana hangat dan penuh kekhusyuk.
Masjid Merah Kedung Menjangan kini menjadi simbol harmoni budaya di Cirebon. Perpaduan arsitektur Demak, Kudus, dan China menjadi bukti bahwa Islam di Nusantara tumbuh dengan keterbukaan, seni, dan nilai-nilai lokal.
Bagi wisatawan religi maupun pecinta sejarah, masjid ini menawarkan pengalaman berbeda: menjejak kisah gotong royong, menyelami filosofi arsitektur, sekaligus merasakan tradisi yang masih hidup hingga kini. (Beng dari berbagai sumber)