INDRAMAYU – Pagi itu, ruang pertemuan Hotel Grand Trisula tak seperti biasanya. Kursi-kursi yang tersusun rapi dipenuhi oleh wajah-wajah yang akrab di mata warga Indramayu: pejabat daerah, aparat keamanan, hingga tokoh agama lintas keyakinan. Semua hadir dengan satu tujuan, menjaga rumah besar bernama Indramayu agar tetap damai dan rukun.
Wakil Bupati Indramayu, Syaefudin, yang memimpin jalannya forum, membuka sambutan dengan nada hangat tapi tegas.
“Menjaga kerukunan bukan hanya tugas pemerintah, tapi kewajiban kita semua. Kita harus berjalan bersama agar Indramayu tetap menjadi daerah yang religius, aman, nyaman, dan gotong royong,” ujarnya.
Ucapan itu bukan basa-basi. Dalam forum ini, beragam persoalan nyata dibahas tanpa tedeng aling-aling: dari potensi gesekan akibat perbedaan tafsir ibadah, derasnya hoaks dan isu SARA di media sosial, tumbuhnya paham eksklusif yang intoleran, sampai rumitnya perizinan rumah ibadah.
Kapolres Indramayu, AKBP Mochamad Fajar Gemilang, menambahkan pesan penting.
“Komunikasi yang terbuka dan terus dirawat adalah kunci menyelesaikan perbedaan,” katanya sambil menatap para tokoh agama.
